oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Akhir-akhir ini kita kita dihadapkan pada satu fenomena, bencana wabah penyakit corona atau kofit 19. Awalnya penyakit ini bermula dari Kota Wuhan, China. Kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia, menjadi sebuah pandemi yang membuat banyak kota di dunia melakukan Lockdown. Semua manusia dihinggapi rasa ketakutan yang amat sangat, karena virus ini dengan ukuran yang sangat kecil dan hampir tidak mampu dilihat oleh mata, seakan telah menjadi setan baru yang menakutkan, karena ia bisa menempel di mana saj,a termasuk pada orang yang sehat dan kemudian menyerang siapa saja yang memiliki imunitas tubuh yang rendah.
Covid-19 tidak hanya menghentikan urat nadi manusia. Namun pula roda-roda ekonomi berhenti berputar, hingga aktivitas peribadatan umat beragama pun berhenti. Makkah al-mukaromah sebagai kota yang tidak pernah mati yang didalamnya ada Ka’bah yang selalu di tawafi tiada henti dengan gelombang jamaah yang terus meningkat setiap tahunnya, hari ini kita menyaksikan semua terhenti begitu saja, sepi ibarat kota mati, Ka’bah yang biasanya selalu padat dengan kaum muslimin yang sedang tawaf, hari ini kita menyaksikan setelah hampir sebulan sepi dengan orang yang tawaf, bahkan masjid-masjid yang dahulunya rame dengan jamaah salat fardhu, sekarang mulai sepi. Hari ini, majelis – majelis ta’lim dan sholawat yang biasanya dipadati ribuan orang, banyak mulai dibatalkan. Hari ini secara massif pemerintah kota melarang acara yang bersifat mengundang banyak orang termasuk tabligh akbar, sekolah-sekolah ditutup selama dua pekan. Semua realitas ini hanya dengan satu alasan, takut terhadap Corona !!! . Lalu sebenarnya apa yang mereka takuti ..?? yaitu kematian.
Hari ini, corona tidaklah hanya sekedar sebuah virus kecil yang hinggap pada tubuh manusia dan menggerogoti imunitas dan kesehatan manusia, namun hari ini corona telah menjadi virus yang menggerogoti sendi-sendi keimanan seorang muslim. Islam mengajarkan bahwa kehidupan dan kematian, sehat dan sakit, semuanya adalah ketetapan Allah swt, sebuah takdir yang telah ditetapkan olehNya. Konsepsi keimanan Islam menegaskan bahwa segala apapun peristiwa yang terjadi dan akan terjadi pada diri manusia, sepenuhnya berada ditangan Allah dan tidak ada satupun makhluk yang dapat memberikan kemanfaatan, kebaikan ataupun keburukan dan kemudharatan tanpa seijin kuasa Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dalam sebuah hadits disebutkan :
عن أبي العباس عبدالله بن عباس رضي الله عنهما قال: كنت خلف النبي صلى الله عليه وسلم يوماً، فقال لي: “يا غلام، إنّي أعلمك كلماتٍ: احفظ الله يحفظك، احفظ الله تجده تجاهك، إذا سألت فاسأل اللهَ، وإذا استعنت فاستعن بالله، واعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك، وإن اجتمعوا على أن يضرّوك بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك، رفعت الأقلام وجفت الصحف”، رواه الترمذي
Dari Abul ‘Abbas ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu dia berkata: “Suatu hari (ketika) saya (dibonceng Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) di belakang (hewan tunggangan) Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda kepadaku: “Wahai anak kecil, sungguh aku akan mengajarkan beberapa kalimat (nasehat penting) kepadamu, (maka dengarkanlah baik-baik!): “Jagalah (batasan-batasan syariat) Allah, maka Allah akan menjagamu, jagalah (batasan-batasan syariat) Allah, maka kamu akan mendapati Allah di hadapanmu (selalu bersamamu dan menolongmu), jika kamu (ingin) meminta (sesuatu), maka mintalah (hanya) kepada Allah, dan jika kamu (ingin) memohon pertolongan, maka mohon pertolonganlah (hanya) kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa seluruh makhluk (di dunia ini), seandainya pun mereka bersatu untuk memberikan manfaat (kebaikan) bagimu, maka mereka tidak mampu melakukannya, kecuali dengan suatu (kebaikan) yang telah Allah tuliskan (takdirkan) bagimu, dan seandainya pun mereka bersatu untuk mencelakakanmu, maka mereka tidak mampu melakukannya, kecuali dengan suatu (keburukan) yang telah Allah tuliskan (takdirkan) akan menimpamu, pena (penulisan takdir) telah diangkat dan lembaran-lembarannya telah kering.” (HR At Tirmidzi).
Hari ini kita menyaksikan, betapa keyakinan dan keimanan atas konsepsi ini begitu mudah luntur, hilang, dan tergerus oleh virus corona. Orang lebih takut atas corona, makhluk kecil ciptaan Allah swt, dibandingkan terhadap Allah Sang Maha Pencipta segala makhluk. Pertanyaannya kemudian, lalu dimana keimanan kepada AllAh selama ini kita letakkan ??? Kenapa seakan-akan hilang sirna begitu saja hanya sebab virus corona ini..??. Na’udzubillahi min dzaalika.
Jika yang ditakutkan adalah kematian, maka dimanapun manusia berada, dalam keadaan apapun maka kematian akan datang kepada siapapun, dimanapun tanpa meminta ijin terlebih dahulu pada diri kita, semua telah berada dalam taqdirnya. Sebagaimana Allah menegaskan :
وَمَا كَانَ لِنَفۡسٍ أَن تَمُوتَ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِ كِتَٰبٗا مُّؤَجَّلٗاۗ وَمَن يُرِدۡ ثَوَابَ ٱلدُّنۡيَا نُؤۡتِهِۦ مِنۡهَا وَمَن يُرِدۡ ثَوَابَ ٱلۡأٓخِرَةِ نُؤۡتِهِۦ مِنۡهَاۚ وَسَنَجۡزِي ٱلشَّٰكِرِينَ
Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala (akhirat) itu, dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali ‘Imran, Ayat 145)
Corona ternyata telah menggerogoti keimanan seseorang. Corona telah menjadi hantu baru yang menakutkan. Semua orang merasa ketakutan dengan corona, hingga berani berani melanggar aturan syariat, mereka melaksanakan shalat berjamaah dengan pengaturan shaf yang keluar dari aturan. Bahkan hubungan kemanusiaan seakan mulai saling renggang dan diantara manusia sudah mulai saling tidak percaya pada sesama. Mereka takut pada makhluk tapi tidak takut pada Allah swt. Seakan manusia telah lupa bahwa hanya Allah-lah yang berkuasa membuat kemudharan dan kebaikan serta hanya Allah-lah yang mampu melindungi mereka.
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“(Aku berlindung) dengan Nama Allah yang bersama nama-Nya tidak ada sesuatu di bumi dna di langit yang bisa membahayakan. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Saat ini ummat Islam sedang diuji keimanannya, apakah lebih takut kepada makhluk ataukah lebih takut kepada Khaliq Sang Pencipta, Allah swt. Inilah masa dimana keimanan menjadi pertaruhan besar. Iman adalah pintu awal sekaligus benteng terakhir bagi ummat Islam. Jika kedua telah jebol lalu apakah yang masih bisa tersisa. Mari jaga keimanan kita jangan kalah dengan godaan syetan yang memang ingin menghancurkan keimanan ummat Islam.
So, sebenarnya corona apakah benar hanya semata suatu virus atau ia telah menjadi virus keimanan …??? Wallahu’alam… semoga kita, keluarga kita dan seluruh ummat Islam diselamatkan dari wabah penyakit ini… Aamiin…
Penulis KH Akhmad Muwafik Saleh Pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB