KANAL24, Jakarta – Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) meyakini dalam beberapa tahun ke depan Indonesia akan kembali menjadi champion industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Bahkan API menyatakan peluang industri TPT untuk tumbuh triple digit sangat lebar jika pemerintah memberikan dukungan yang optimal pada industri ini.
Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Luar Negeri API, Anne P. Sutanto, mengatakan saat ini industri TPT nasional tertinggal dengan negara lain karena masih banyak regulasi dan janji pemerintah yang belum terlaksana. Regulasi tumpang tindih dan kurang mengakomodir dunia usaha.
“Bagaimana kita meningkatkan power, andai kata deregulasi pemerintah sesuai usulan API dijalankan secara cepat, dalam 10 tahun TPT bisa 8 kali lipat ekspor dibanding tahun 2018,” kata Anne di Kementerian Perdagangan, Jumat (11/10/2019).
Tercatat laju pertumbuhan industri TPT sepanjang tahun 2018 di angka 8,73 persen atau mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,17 persen. Pada tahun 2018, industri TPT menjadi penghasil devisa yang cukup signifikan dengan nilai ekspor mencapai USD13,22 miliar atau naik 5,55 persen dibanding tahun lalu. Namun capaian ini masih kalah jauh dibandingkan China atau Vietnam. Share produk TPT dari China mencapai 30 persen dari total pasar di dunia.
Anne berjanji jika pemerintah memberikan kemudahan dan dukungan penuh, API akan memaksimalkan produksi, mengurangi impor dan meningkatkan ekspornya. Dari 1.400 anggota API, jelas Anne, siap menggebrak pasar global meskipun di tengah perlambatan ekonomi dan perang dagang yang masih berlangsung. Justru perang dagang dan ancaman resesi di berbagai negara menjadi peluang yang besar bagi industri TPT menggenjot ekspornya sehingga bisa kembali merebut pasar dunia.
“Kita ini demand tinggi sejak perang dagang, kalau bisa lunch malah bisa 3 digit (pertumbuhannya). Kita perlu rekan sekua tahu industri ini sesuai fakta. Kita hanya perlu fasilitasi dari pemerintah,” pungkas Anne. (sdk)