Kanal24, Malang – Di tengah meningkatnya tuntutan publik terhadap transparansi dan akuntabilitas lembaga negara, dunia pendidikan tinggi didorong untuk menjadi pionir dalam membangun budaya keterbukaan informasi. Perguruan tinggi dinilai memiliki peran strategis dalam membentuk generasi muda yang sadar hak atas informasi, kritis terhadap kebijakan publik, serta mampu menjadi jembatan antara institusi dan masyarakat. Dari kebutuhan inilah lahir sebuah ajang nasional yang tidak hanya bersifat kompetitif, tetapi juga edukatif dan transformatif.
Acara Malam Penganugerahan Duta Keterbukaan Informasi Publik PTN Nasional Tahun 2025, yang dilaksanakan pada Jumat (05/12/2025) di Aula Lantai 2 Gedung A Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB UB), Malang. Kegiatan ini diselenggarakan melalui kolaborasi Universitas Brawijaya (UB), Universitas Airlangga (UNAIR), ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember), serta Kominfo. Acara ini menjadi tonggak penting karena untuk pertama kalinya ajang Duta Keterbukaan Informasi digelar secara nasional dengan melibatkan banyak perguruan tinggi negeri.
Baca juga:
Inisiatif 360 Hadirkan Solusi Sampah Terpadu

Ajang Perdana yang Disiapkan Secara Ketat
Ketua Bidang Penyelesaian Sengketa Informasi Komisi Informasi Pusat, Syawaludin, mengapresiasi pelaksanaan kegiatan ini sebagai inisiatif strategis yang memberi pengalaman berharga bagi mahasiswa. Ia menjelaskan bahwa proses seleksi berlangsung panjang dan ketat, mulai dari tahap administrasi, tes tertulis, pengiriman video, hingga uji publik pada babak final. Menurutnya, kompetisi ini bukan sekadar mencari juara, tetapi menjadi ruang pembelajaran tentang transparansi, akuntabilitas, dan hak publik atas informasi.
Ia juga menegaskan bahwa seluruh keputusan dewan juri telah melalui proses objektif dan profesional. Syawaludin berharap para pemenang dapat menularkan pengalaman mereka ke kampus masing-masing, sehingga nilai-nilai keterbukaan informasi tidak berhenti di panggung penghargaan, tetapi hidup dalam kultur akademik mahasiswa di seluruh Indonesia.
Penguatan Budaya Transparansi di Era Digital
Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan hasil konsorsium berbagai pihak, mulai dari perguruan tinggi hingga lembaga negara, untuk meningkatkan kesadaran generasi muda terhadap pentingnya keterbukaan informasi. Ia menilai transparansi bukan hanya soal pelayanan publik, tetapi fondasi utama dalam membangun kepercayaan masyarakat.
Di tengah masifnya perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan (AI), Prof. Widodo menekankan tantangan besar dalam membedakan informasi yang benar dan tidak benar. Oleh karena itu, keberadaan para Duta Keterbukaan Informasi diharapkan menjadi agen literasi yang mampu mengedukasi masyarakat tentang pentingnya verifikasi informasi, sekaligus menyebarkan nilai-nilai informasi yang akurat dan terpercaya.
Suara Para Duta: Dari Prestasi ke Pengabdian
Peraih peringkat pertama, Dina Salma Nor Farikhah dari UIN Syekh Wasil Kediri, mengungkapkan rasa syukur atas pencapaiannya. Ia menegaskan bahwa keterbukaan informasi merupakan kunci lahirnya kepercayaan publik dan keadilan sosial. Menurutnya, demokrasi tidak hanya menjadi konsep, tetapi harus diwujudkan melalui transparansi dan akses informasi yang cepat, akurat, dan sesuai regulasi, termasuk amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Sementara itu, peraih peringkat kedua, Nadia Sri Nur Wulandari dari Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, menilai ajang ini sebagai pengalaman kolaboratif yang memperkuat peran mahasiswa dalam menyosialisasikan keterbukaan informasi. Ia menyoroti masih rendahnya partisipasi dan pemahaman mahasiswa terhadap mekanisme permohonan informasi publik. Melalui peran sebagai duta, ia berharap semakin banyak generasi muda yang melek informasi dan aktif mengawal transparansi di lingkungan kampus maupun masyarakat luas.
Melalui ajang ini, perguruan tinggi tak hanya melahirkan juara, tetapi juga mencetak agen perubahan yang siap memperluas budaya keterbukaan informasi sebagai fondasi demokrasi yang sehat menuju Indonesia yang lebih transparan dan berkeadilan. (nid/tia)










