Kanal24, Malang — Tingginya harga pakan ikan kerap menjadi beban utama pembudidaya. Lebih dari 60 persen biaya operasional habis hanya untuk membeli pakan komersial, membuat banyak kelompok peternak ikan terjebak dalam biaya tinggi dan hasil panen tak menentu. Kondisi ini mendorong tim Kuliah Kerja Nyata Doktor Mengabdi (KKN-DM) Universitas Brawijaya (UB) meluncurkan terobosan inovatif berbasis riset lapangan.
Melalui program bertajuk AQUARES, tim yang dipimpin Dr. Nanik Retno Buwono, S.Pi., MP., bersama sejumlah dosen dan lima mahasiswa UB, memperkenalkan pakan mandiri berbahan lokal dengan memanfaatkan ikan red devil (louhan) serta eceng gondok. Inovasi ini diaplikasikan pada budidaya nila di Kelompok KJA Mina Tirta, Desa Sumberpetung, Kabupaten Malang.
“Inovasi ini lahir dari diskusi lapangan dengan para pembudidaya. Kami ingin menghadirkan formula pakan yang simpel tapi efektif, mudah diproduksi sendiri, dan menekan biaya operasional,” jelas Dr. Nanik.
Solusi Murah, Dampak Nyata
Sebelum adanya program ini, survival rate (SR) ikan nila di Waduk Karangkates rata-rata masih di bawah 50 persen. Namun, dengan pakan mandiri dan pendampingan, SR diproyeksikan melonjak hingga 70 persen, disertai kenaikan panen hingga 30 persen per siklus — dari rata-rata 283 kg menjadi hampir 370 kg.
Ketua KJA Mina Tirta, Supadi, mengakui pakan mandiri ini membawa harapan baru.
“Selama ini kami belum bisa memproduksi pakan sesuai kebutuhan nutrisi ikan. Formula lokal yang ada kurang optimal, sementara harga pakan pabrikan terus naik. Dengan pelatihan ini, kami jadi tahu cara membuat pakan yang lebih murah tapi tetap berkualitas,” katanya.
Selain pelatihan, tim AQUARES juga menyalurkan mesin pelet berkapasitas 15–30 kg/jam dan oven pengering, sehingga pembudidaya bisa mandiri memproduksi pakan.
Edukasi dan Pemberdayaan Desa
Program ini tidak berhenti pada pakan semata. Mahasiswa UB juga memberikan pelatihan tambahan, seperti monitoring kualitas air, edukasi bioflok, hingga sosialisasi ekosistem waduk. Lima tema besar diusung: pakan lokal, KJA & bioflok, monitoring air, pemberdayaan UMKM pakan, serta sosialisasi ekosistem.
Kegiatan sosialisasi yang digelar Jumat (8/8/2025) di kediaman Supadi dihadiri sekitar 20 warga. Peserta antusias mengikuti simulasi pembuatan pakan, mulai dari penimbangan bahan, pencampuran, pencetakan, hingga pengeringan. Survei akhir mencatat skor kepuasan peserta mencapai 4,7 dari 5.
Menuju Desa Mandiri dan Berkelanjutan
Menurut catatan tim, inisiatif AQUARES selaras dengan SDGs 2 (Zero Hunger) karena meningkatkan ketersediaan protein murah dari ikan nila, sekaligus mendukung SDGs 15 (Life on Land) lewat pengendalian ikan invasif red devil dan pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan baku.
“Ke depan, kami akan membentuk kelompok UMKM pakan mandiri desa, melatih pelaku usaha lokal, serta menjalin kemitraan dengan instansi terkait. Harapannya Desa Sumberpetung bisa menjadi sentra budidaya nila berkelanjutan yang dapat direplikasi di daerah lain,” pungkas Dr. Nanik.(Din)