Kanal24, Malang – Arif Afandi, mantan Wakil Wali Kota Surabaya sekaligus Komisaris Independen PTPN X, berhasil menyelesaikan disertasi doktoral dengan predikat cumlaude pada program studi Sosiologi di Universitas Brawijaya, Jumat (6/9/2024).
Dalam ujian akhir terbuka tersebut, Arif memperoleh Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,88. Disertasinya berjudul Transformasi BUMN Gula, Studi Perubahan Paradigma dan Ekosistem Menuju Swasembada: Tinjauan Sosiologi Institusionalis Karl Polanyi, mengkaji strategi transformasi industri gula BUMN dalam upaya mencapai swasembada gula nasional.
Dalam disertasi tersebut, Arif Afandi menekankan bahwa setiap transformasi BUMN harus berlandaskan paradigma produktivitas yang tidak hanya berfokus pada keuntungan, melainkan juga pada kepentingan masyarakat. Menurutnya, sebagai instrumen negara, BUMN tidak boleh hanya berorientasi pada profit, tetapi harus mengedepankan kesejahteraan masyarakat luas, terutama petani.
“BUMN itu sebagai instrumen negara. Karena itu, dia tidak boleh menggunakan paradigma profit semata. Dalam setiap aksi korporasi, peta jalan produktivitas harus menjadi panduan, baik melalui restrukturisasi maupun konsolidasi BUMN,” ungkapnya.
Arif juga memaparkan contoh konkret transformasi yang dilakukan oleh PTPN Group. Selama tiga tahun terakhir, PTPN telah berhasil melakukan restrukturisasi dengan paradigma produktivitas. Langkah ini tidak hanya membawa harapan bagi petani, tetapi juga berpotensi memulihkan industri gula nasional, dengan target swasembada konsumsi pada tahun 2028.
“Transformasi itu memberikan harapan baru. Pertama, bagi petani agar industri pergulaan nasional bisa pulih. Kedua, menunjukkan bahwa industri gula nasional, terutama di bawah PTPN Holding, memiliki kemampuan untuk mencapai swasembada konsumsi pada tahun 2028,” tambah Arif.
Lebih jauh, Arif juga mengungkapkan bahwa transformasi yang dilakukan di sektor gula tidak hanya berhenti pada swasembada konsumsi. Ada pula target untuk mencapai swasembada industri gula pada 2030, yang merupakan salah satu fokus utama dari penelitian disertasinya. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian tersebut, ia berharap pemerintah terus konsisten melaksanakan amanat Perpres Nomor 40 Tahun 2023 tentang percepatan swasembada gula dan pengadaan bioetanol sebagai bahan bakar nabati.
“Jika pemerintah konsisten, terutama di masa transisi pemerintahan, mimpi untuk tidak hanya mencapai swasembada tapi juga menjadi eksportir gula, seperti sebelum kita merdeka, bukanlah hal yang mustahil,” tegas Arif.
Dalam penelitiannya, Arif juga menggarisbawahi bahwa model transformasi yang diterapkan oleh PTPN Group, khususnya melalui PT SGN, bisa diadaptasi oleh BUMN sektor pangan lainnya, seperti Bulog dan Food.id. Paradigma produktivitas, yang fokus pada kesejahteraan masyarakat, harus menjadi panduan dalam menjalankan bisnis BUMN, terutama yang melibatkan sektor pangan.
“Paradigma ini sudah diterapkan di PTPN, yang menciptakan ekosistem baru. Misalnya, dengan regionalisasi atau konsolidasi 36 pabrik gula menjadi satu di bawah PT SGN, ini bagian dari upaya untuk mewujudkan swasembada gula. Sektor pangan yang melibatkan banyak rakyat sebaiknya tidak diserahkan kepada korporasi swasta yang umumnya menggunakan paradigma profitabilitas,” pungkasnya.
Arif Afandi memiliki latar belakang yang kuat di dunia jurnalisme dan pemerintahan. Sebelum terjun ke politik, ia adalah jurnalis dan pemimpin redaksi harian Jawa Pos, salah satu surat kabar terbesar di Indonesia. Pada periode 2005–2010, Arif menjabat sebagai Wakil Wali Kota Surabaya, mendampingi Wali Kota Bambang D.H. Selama masa jabatannya, Arif dikenal aktif dalam pengembangan infrastruktur dan peningkatan pelayanan publik di Surabaya.
Selain berkiprah di dunia pemerintahan, Arif juga memiliki kontribusi yang signifikan di sektor bisnis, terutama di bidang media dan BUMN. Saat ini, Arif menjabat sebagai Komisaris Independen di PTPN X, sekaligus terus melanjutkan kiprahnya dalam berbagai inisiatif strategis di sektor pangan dan energi. Disertasi doktoral yang baru saja ia selesaikan menjadi salah satu tonggak penting dalam karier akademis dan profesionalnya.(din)