Kanal24, Malang – Ir. A. Arif Dwi Widodo, mantan Senior Manager G1 di PT Samsung Electronics Indonesia, hadir sebagai narasumber dalam kuliah tamu bertajuk Engine Talk 62 dengan topik Manufacturing Management di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT UB), Senin (25/8/2025). Dengan latar belakang panjang di industri manufaktur elektronik, Arif membagikan wawasan praktis tentang bagaimana mengelola produksi di pabrik besar sekaligus memberikan gambaran kebutuhan nyata dunia industri kepada mahasiswa.
“Banyak mahasiswa teknik mesin yang belum paham detail proses industri dari awal hingga akhir. Padahal, kebutuhan tenaga kerja di sektor ini sangat besar,” ujar Arif membuka paparannya.
Baca juga:
UB Forest Jadi KHDTK Teladan, KLHK Beri Penghargaan Wana Lestari 2025

Tantangan Besar Dunia Industri
Arif menyoroti adanya kesenjangan signifikan antara kebutuhan industri dengan output lulusan perguruan tinggi. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan 2023, terdapat sekitar 3,9 juta lowongan kerja di bidang manufaktur dengan 153 ribu perusahaan membutuhkan tenaga kerja. Namun, jumlah lulusan yang benar-benar siap masuk industri masih jauh dari mencukupi.
“Industri saat ini bergerak sangat cepat dengan inovasi harian, sementara kurikulum kampus cenderung statis. Akibatnya, lulusan sering kali tidak match dengan kebutuhan perusahaan,” jelasnya.
Konsep Utama dalam Manufacturing Management
Dalam kuliahnya, Arif menjelaskan konsep dasar Manufacturing Management, termasuk lima elemen penting yang sering disebut 5M: man (tenaga kerja), material, machine (mesin), method (metode), dan milieu (lingkungan).
Ia juga mengenalkan konsep SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Customer) sebagai kerangka penting yang harus dipahami mahasiswa untuk mengerti alur produksi. “Kalau ingin mengelola bisnis besar, pertama-tama harus tahu siapa customer-nya, kebutuhan mereka, lalu baru melihat input dan proses produksi sampai output,” jelas Arif.
Selain itu, ia menguraikan peran departemen-departemen dalam sebuah perusahaan, mulai dari sales, R&D, engineering, hingga produksi, agar mahasiswa dapat memahami keterkaitan setiap fungsi dalam rantai industri manufaktur.
Mengisi Kesenjangan Kampus dan Industri
Menurut Arif, salah satu masalah utama pendidikan tinggi adalah ketertinggalan kurikulum dari perkembangan industri. Kampus sering masih berfokus pada teori dasar, sementara praktik di lapangan sudah berubah total mengikuti teknologi dan metode terbaru.
“Harapan saya, mahasiswa teknik mesin sejak awal sudah memahami gambaran industri. Jangan sampai nanti ketika masuk dunia kerja baru kebingungan, seperti yang pernah saya alami dulu,” ungkapnya.
Ia menekankan pentingnya pelatihan tambahan, penyesuaian kurikulum, dan motivasi belajar mandiri bagi mahasiswa. “Jurusan boleh teknik mesin, tapi tetap harus tahu kebutuhan industri. Kalau bisa, mahasiswa mencari tahu sendiri, belajar mandiri, dan mendalami bidang yang diminati,” tambahnya.
Baca juga:
FT UB dan University of Malaya Perkuat Mobilitas Mahasiswa
Pesan untuk Generasi Teknik Mesin
Sebagai penutup, Arif memberikan motivasi agar mahasiswa lebih proaktif menyiapkan diri sebelum terjun ke dunia kerja. Ia menganalogikan proses memilih bidang industri dengan anak yang dikenalkan berbagai alat musik, hingga akhirnya memilih alat yang paling diminati.
“Begitu juga mahasiswa teknik mesin. Kenali bidangnya sejak dini, pahami prosesnya, dan pilih spesialisasi yang sesuai minat. Dengan begitu, saat lulus nanti sudah punya arah dan siap menghadapi tantangan industri,” pungkasnya.
Dengan kuliah tamu ini, Arif berharap para mahasiswa UB mampu menjembatani kesenjangan antara kampus dan industri, serta siap mengisi jutaan peluang kerja di sektor manufaktur Indonesia. (nid/tia)