Kanal24, Malang – Dalam rangka memperingati Hari Paru-Paru Sedunia 2024 dengan tema “Clean Air and Healthy Lungs for All”, dr. Ngakan Putu Parsama Putra, Sp.P(K), dan dr. Uray Riki Arif Maulana sebagai spesialis paru, membahas dampak buruk kualitas udara terhadap kesehatan paru-paru pada Selasa (24/09/2024). Keduanya memberikan wawasan mengenai bagaimana cara menjaga kesehatan paru, terutama bagi masyarakat yang hidup di tengah polusi udara perkotaan.
Dr. Ngakan Putu menjelaskan bahwa paru-paru adalah organ penting dalam tubuh yang bertugas untuk pertukaran gas. Ketika kita bernafas, paru-paru mengambil oksigen dari udara bersih dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh. “Namun, jika udara tercemar oleh polutan seperti partikel berbahaya, sulfur, atau karbon monoksida dari pembakaran kendaraan atau industri, maka pertukaran gas ini terganggu. Partikel tersebut dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan menurunkan kualitas hidup kita,” jelas dr. Ngakan.
Menurut dr. Ngakan, polusi udara yang berasal dari kendaraan bermotor dan pabrik merupakan penyebab utama gangguan pernapasan. Pembakaran yang tidak sempurna menghasilkan polutan seperti karbon dioksida dan sulfur yang masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk infeksi saluran pernapasan.
Dr. Uray Riki menambahkan bahwa banyak pasien datang ke poliklinik dengan keluhan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), asma, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). “ISPA adalah bentuk gangguan pernapasan akut yang sering muncul akibat terpapar polusi. Gejalanya seperti batuk kering yang dapat berkembang menjadi lebih parah jika tidak ditangani. Sementara itu, asma dan PPOK biasanya muncul atau kambuh akibat paparan polutan udara, terutama pada mereka yang sudah memiliki riwayat penyakit paru,” jelasnya.
Selain itu, dr. Uray menekankan bahwa polusi udara juga dapat memperburuk kondisi pasien yang sudah memiliki penyakit kronis, seperti kanker paru. “Asap rokok dan polusi udara merupakan faktor risiko utama yang memicu terjadinya kanker paru pada masyarakat,” lanjutnya.
Dr. Ngakan menyoroti bahwa anak-anak dan lansia adalah kelompok yang paling rentan terhadap efek polusi udara. “Anak-anak memiliki daya tahan tubuh yang masih berkembang, sehingga lebih mudah terkena infeksi. Lansia, di sisi lain, sering memiliki penyakit penyerta seperti asma atau penyakit paru kronis, yang semakin memperburuk kondisi mereka jika terpapar polusi udara,” paparnya.
Dalam wawancara ini, para dokter juga memberikan solusi praktis bagi masyarakat untuk melindungi paru-paru dari polusi udara. Dr. Ngakan menyarankan agar masyarakat mulai dari diri sendiri, misalnya dengan tidak menggunakan knalpot kendaraan yang menghasilkan asap berlebih, serta mengurangi pembakaran sampah yang dapat meningkatkan polusi.
“Jika sudah terlanjur terkena dampak polusi udara, penting bagi pasien untuk rutin memeriksakan kesehatan paru-paru mereka. Kontrol rutin ke dokter dan mengonsumsi obat sesuai anjuran sangat penting bagi penderita asma atau PPOK,” ujar dr. Uray.
Salah satu langkah pencegahan yang sangat direkomendasikan adalah penggunaan masker. Masker tidak hanya melindungi dari polusi, tetapi juga mencegah partikel berbahaya masuk ke saluran pernapasan. “Lebih baik mencegah daripada mengobati. Masker adalah alat yang terjangkau untuk melindungi paru-paru kita, dibandingkan dengan biaya pengobatan yang jauh lebih mahal jika sudah terkena penyakit,” jelas dr. Ngakan.
Dengan perkembangan teknologi, banyak orang beralih menggunakan *air purifier* di dalam rumah untuk menjaga udara tetap bersih. Menurut dr. Ngakan, alat ini memang bisa membantu di area terbatas, seperti di dalam ruangan, tetapi tidak bisa sepenuhnya melindungi seseorang dari polusi udara di luar rumah. “Penggunaan *air purifier* memang dapat membantu mengurangi beban saluran napas kita, namun di luar ruangan, kita tetap perlu waspada dan menggunakan masker,” ujarnya.
Dr. Ngakan juga mengingatkan masyarakat untuk terus memantau kualitas udara melalui berbagai aplikasi atau situs web yang menyediakan informasi tentang indeks kualitas udara. “Jika kualitas udara buruk, sebaiknya kurangi aktivitas di luar rumah, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia. Menggunakan masker saat berada di luar ruangan adalah langkah yang bijak untuk menjaga kesehatan paru-paru,” tambahnya.
Dr. Uray dan dr. Ngakan menekankan pentingnya kesadaran dan tindakan proaktif dalam menjaga kesehatan paru-paru di tengah meningkatnya polusi udara. Dengan langkah-langkah sederhana seperti tidak menggunakan knalpot berasap, mengurangi pembakaran sampah, rutin memeriksakan kesehatan, serta menggunakan masker dan *air purifier*, masyarakat dapat ikut berperan dalam menciptakan lingkungan dengan udara yang lebih bersih. Pada akhirnya, udara yang bersih bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau industri, tetapi juga kita semua sebagai bagian dari masyarakat yang peduli akan kesehatan.Hari Paru-Paru Sedunia 2024 menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya udara bersih dan upaya kolektif dalam menjaga kesehatan paru-paru. (nid)