Kanal24, Malang – Indonesia memasuki babak baru transisi energi nasional melalui perluasan penggunaan biodiesel. Kebijakan mandatori B40 menjadi langkah strategis pemerintah dalam mengurangi ketergantungan terhadap impor solar sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional. Melalui pemanfaatan sumber daya berbasis minyak sawit, pemerintah mendorong lahirnya energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Rencana menuju penerapan B50 pun disiapkan sebagai fase lanjutan yang diharapkan mampu memangkas impor bahan bakar fosil dan mengoptimalkan potensi industri dalam negeri.
Baca juga:
Penerimaan Pajak Digital Pecah Rekor Nasional
Risiko Teknis yang Tak Bisa Diabaikan
Peningkatan kadar biodiesel dari 40 persen ke 50 persen tidak sekadar persoalan angka, melainkan perubahan karakter bahan bakar yang berdampak langsung pada performa kendaraan dan mesin. Biodiesel dengan kandungan tinggi memiliki sifat yang lebih mudah menyerap air, lebih rentan mengalami oksidasi, serta berpotensi membentuk endapan apabila kualitasnya tidak terjaga. Pada praktiknya, kondisi ini dapat menimbulkan penyumbatan filter, gangguan sistem injeksi, hingga penurunan daya mesin jika tidak diimbangi dengan standar penyimpanan dan distribusi yang baik. Risiko tersebut menjadi salah satu alasan mengapa transisi ke B50 perlu dilakukan secara bertahap dan penuh kehati-hatian.
Dampak Ekonomi dan Kesiapan Industri
Di balik manfaat lingkungan, kebijakan ini juga membawa konsekuensi ekonomi. Peningkatan permintaan biodiesel berpotensi memperkuat serapan minyak sawit di pasar domestik, yang dapat memberikan nilai tambah bagi petani dan pelaku industri. Namun, berkurangnya porsi ekspor juga berpotensi memengaruhi neraca perdagangan. Di sisi lain, pelaku industri pengguna mesin diesel skala besar menghadapi tantangan adaptasi, mengingat tidak semua mesin dirancang untuk bahan bakar dengan kandungan nabati tinggi. Kesiapan industri menjadi faktor krusial agar kebijakan ini tidak justru meningkatkan biaya operasional secara signifikan.
Antara Ambisi Target dan Realitas Lapangan
Hingga kini, penerapan B50 masih berada dalam tahap pengujian dan evaluasi. Pemerintah melakukan serangkaian uji laboratorium dan uji jalan pada berbagai jenis kendaraan untuk memastikan kualitas dan keamanan penggunaannya. Keputusan penerapan nasional sangat ditentukan oleh hasil pengujian tersebut, termasuk kesiapan infrastruktur distribusi dan penyimpanan. Di tengah ambisi besar menuju kemandirian energi, realitas di lapangan menunjukkan bahwa transisi ini membutuhkan kesiapan menyeluruh, pengawasan ketat, dan koordinasi lintas sektor agar manfaatnya benar-benar dapat dirasakan secara berkelanjutan. (nid)









