Kanal24, Malang – Pada Selasa (06/08/2024), Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengadakan sosialisasi informasi geologi di wilayah Malang Raya. Acara ini diselenggarakan dengan kerja sama dari Komisi 7 DPR RI, Universitas Brawijaya, dan Pemerintah Kota Batu. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang potensi geologi dan sumber daya alam, serta ancaman bencana geologi di wilayah tersebut.
Joko, Ketua Pelaksana Acara, menyampaikan bahwa sosialisasi semacam ini telah rutin dilaksanakan di berbagai daerah. “Kita mengadakan di area Malang Raya. Sosialisasi informasi geologi ini kami adakan dalam rangka memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang potensi geologi, potensi sumber daya alam, dan potensi bencana geologi di wilayah Malang Raya,” jelas Joko.
Wilayah Malang Raya diketahui memiliki rangkaian gunung api seperti Gunung Arjuna Welirang, Kompleks Bromo Tengger, dan Semeru yang memiliki potensi bencana letusan. Oleh karena itu, sosialisasi ini penting untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap ancaman bencana tersebut.
Pada acara ini, hadir sejumlah narasumber dari berbagai institusi. Selain Kepala Badan Geologi, turut hadir perwakilan dari Komisi 7 DPR RI, pejabat Pemkot Malang, dan beberapa ahli geologi. Salah satu narasumber utama adalah Prof. Sukir dari Universitas Brawijaya. Joko menjelaskan, “Hari ini kita menghadirkan banyak narasumber, termasuk kepala Badan Geologi, Islam dari Komisi 7 DPR RI, dan Pak Asisten 2 dari Pemkot Malang yang mewakili PJ Walikota. Selain itu, ada juga dua ahli gunung api dan ahli geologi lingkungan tata ruang.”
Joko menekankan bahwa sosialisasi ini juga bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang mitigasi bencana, baik secara struktural maupun non-struktural. “Mitigasi struktural melibatkan penyediaan peralatan monitoring dan peringatan dini, serta pembangunan penahan bahaya. Sedangkan mitigasi non-struktural, seperti sosialisasi ini, bertujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat terhadap ancaman bencana,” ungkapnya.
Sosialisasi langsung ke masyarakat di wilayah rawan bencana, terutama di sekitar gunung api aktif, merupakan salah satu langkah penting. Di Jawa Timur, gunung-gunung seperti Semeru, Bromo, Kelud, dan Ijen sering kali menjadi fokus sosialisasi. Joko juga menyebutkan tentang pembentukan komunitas tangguh bencana dan desa tangguh bencana di daerah-daerah tersebut.
“Komunitas tangguh bencana dibentuk dengan bekerja sama dengan komunitas setempat. Mereka menyusun rencana kontingensi untuk menghadapi krisis, termasuk titik evakuasi dan tempat berkumpul. Selain itu, mereka juga membuat grup-grup di media sosial untuk menyebarkan informasi dengan cepat,” tambah Joko.
Ia juga menyinggung pentingnya pendidikan kebencanaan dalam kurikulum sekolah. “Di beberapa daerah, pendidikan kebencanaan sudah dimasukkan sebagai muatan lokal. Ini sangat penting untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana, sesuai dengan kesepakatan dunia untuk pengurangan risiko bencana,” kata Joko.
Melalui sosialisasi ini, diharapkan masyarakat Malang Raya dapat lebih waspada dan siap menghadapi potensi bencana geologi di wilayah mereka. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan industri juga sangat diperlukan untuk membentuk komunitas yang tangguh bencana.
Joko menutup dengan menyampaikan harapannya, “Kami berharap masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah rawan bencana memiliki kesadaran dan kewaspadaan. Mereka harus paham dengan kondisi alamnya dan siap menghadapi krisis yang mungkin terjadi.”
Dengan adanya sosialisasi ini, diharapkan masyarakat Malang Raya dapat lebih siap dan tanggap dalam menghadapi potensi bencana geologi, sehingga keselamatan dan kesejahteraan mereka dapat lebih terjamin. (nid/yor)