KANAL24, Madinah – Puluhan ribu orang jemaah haji Indonesia gelombang I telah tiba di Kota Madinah, Arab Saudi. Sebagian dari mereka kini telah bertolak ke Makkah setelah menetap lebih kurang delapan hari di Madinah.
Selama di Madinah, mereka melaksanakan salat berjemaah di Masjid Nabawi sebanyak 40 kali berturut-turut atau yang dikenal dengan Arbain. Selain itu, mereka juga berziarah ke makam Rasulullah saw, mengunjungi Raudhah, dan berziarah ke sejumlah tempat bersejarah di Kota Madinah, misalnya: Masjid Quba, Jabal Uhud, Maqbarah Baqi, Masjid Qiblatain, dan Museum Hejaz Railway. Setelah 8 hari atau 40 kali waktu salat, jemaah diberangkatkan ke Mekkah untuk persiapan melaksanakan ibadah haji.
Meski berada di wilayah Arab Saudi dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab, jemaah Indonesia tidak perlu risau dan panik lagi saat berada di tempat-tempat publik di Madinah, baik di masjid, toko-toko penjualan suvenir, maupun kawasan komersial lainnya. Sebab, bahasa Indonesia kini sangat populer di kota ini, sebagai sarana komunikasi dengan penjual maupun arah petunjuk jalan, termasuk di Masjid Nabawi.
Memasuki area Masjid Nabawi, kita akan menemukan sejumlah papan informasi petunjuk arah dalam bahasa Arab dan Inggris dan juga bahasa Indonesia. Misalnya, petunjuk tempat salat dan wudu wanita.
Seorang penjaga di kawasan Masjid Nabawi, Abdurrahman, mengatakan, penggunaan bahasa Indonesia pada tanda-tanda jalan tersebut karena Indonesia merupakan salah satu negara yang paling banyak jemaahnya di Madinah. Apalagi di musim haji, khususnya di Masjid Nabawi, jemaah Indonesia sangat ramai. Maka bahasa Indonesia digunakan pada beragam papan pengumuman untuk memudahkan tamu Allah tersebut. “Untuk memudahkan jemaah dari Indonesia, mereka sangat ramai di sini,” ujar Abdurrahman melalui Media Center Haji, Rabu (22/6/2022).
Saat ini ada ribuan orang jemaah Indonesia setiap hari memenuhi Masjid Nabawi. Maka tak heran kalau di dalam masjid, di sudut manapun, pasti bertemu dengan jemaah asal Indonesia. Saat keluar masjid, dari pintu manapun pasti bertemu dengan jemaah Indonesia. Bahkan, di salah satu sudut majelis ilmu di Masjid Nabawi, pengajarnya adalah orang Indonesia.
Kehadiran mereka ternyata mampu menjadi duta dalam mengampanyekan bahasa Indonesia di kota Madinah. Mereka layak dikatakan duta karena berhasil menarik para pedagang-pedagang di sekitar Masjid Nabawi untuk belajar bahasa Indonesia.(sdk)