Kanal 24, Malang – Galon air minum yang biasa dipakai sehari-hari ternyata menyimpan risiko kesehatan tersembunyi. Bukan dari airnya, tetapi dari bahan kimia di plastik kemasan yang dikenal sebagai Bisphenol A atau BPA. BPA adalah zat kimia yang bisa mengganggu kerja hormon tubuh. Jika terpapar dalam jumlah berlebihan, dampaknya tidak main-main. Berbagai penelitian menunjukkan paparan BPA berhubungan dengan gangguan reproduksi, hambatan perkembangan otak anak, hingga penyakit serius seperti diabetes dan gangguan jantung. Profesor Mochamad Chalid, pakar polimer dari Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa pelepasan BPA terjadi akibat peluruhan material plastik saat bersentuhan dengan air, terutama pada kondisi suhu dan waktu tertentu.
“Proses ini berpotensi terjadi selama distribusi galon dari pabrik ke konsumen, terutama karena galon digunakan berulang kali,” jelas Chalid.
Temuan BPOM di Enam Daerah
Kekhawatiran soal BPA bukan sekadar isu. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan ada enam daerah di Indonesia yang kadar BPA pada galon guna ulang melampaui ambang batas aman 0,06 bagian per sejuta (ppm). Daerah itu adalah Medan, Jakarta, Bandung, Manado, Banda Aceh, dan Aceh Tengah. Temuan BPOM ini sejalan dengan hasil riset internasional. Penelitian Harvard yang dimuat dalam Environmental Health Perspectives (2009) menemukan penggunaan botol polikarbonat selama satu minggu saja dapat meningkatkan kadar BPA dalam urin hingga 69 persen.
Studi lain dalam Food Additives and Contaminants (2008) mencatat migrasi BPA mencapai 4,83 nanogram per sentimeter persegi per jam pada suhu 70°C. Sementara itu, penelitian di jurnal Chemosphere (2010) menunjukkan semakin sering botol dipakai ulang, semakin tinggi pula pelepasan BPA yang terjadi.
Standar Global Semakin Ketat
Risiko kesehatan dari BPA membuat banyak negara memperketat regulasi. Pada 2023, Badan Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) menurunkan ambang batas paparan harian BPA menjadi hanya 0,2 nanogram per kilogram berat badan per hari. Angka ini 20 ribu kali lebih ketat dibanding aturan sebelumnya. Sejumlah studi juga memperingatkan bahwa paparan BPA di masyarakat bisa ribuan kali lipat lebih tinggi dari ambang batas baru tersebut. Fakta ini menjadi alarm serius bahwa risiko BPA bukan sekadar teori, melainkan kenyataan yang harus dihadapi.
Label Peringatan Jadi Wajib
Untuk melindungi konsumen, BPOM kini mewajibkan produsen galon polikarbonat mencantumkan label peringatan bahaya BPA. Menurut Profesor Chalid, langkah ini sangat penting agar masyarakat bisa lebih waspada dan memilih produk yang lebih aman. “Kebijakan ini krusial agar konsumen bisa lebih waspada dan memilih produk yang lebih aman,” ujarnya.
Dengan semakin banyaknya bukti ilmiah dan semakin ketatnya standar global, evaluasi ulang terhadap keamanan kemasan plastik berbahan BPA menjadi semakin mendesak. Pengawasan yang lebih intensif diperlukan agar masyarakat tidak tanpa sadar terus-menerus terpapar bahan kimia berbahaya dalam kehidupan sehari-hari.
Bijak Memilih untuk Sehat
Bagi masyarakat, kesadaran menjadi kunci utama. Galon guna ulang memang praktis dan ramah lingkungan, tetapi ada risiko yang tidak boleh diabaikan. Dengan membaca label, lebih selektif dalam memilih produk, serta memperhatikan cara penyimpanan air minum, konsumen bisa lebih terlindungi dari paparan BPA. Masalah BPA menunjukkan bahwa hal kecil dalam kehidupan sehari-hari bisa membawa dampak besar bagi kesehatan. Oleh karena itu, langkah pencegahan perlu dilakukan sejak dini. Pada akhirnya, air yang kita minum seharusnya menjadi sumber kesehatan, bukan justru membawa risiko tersembunyi. (hans)