Kanal24, Malang – Provinsi Jawa Timur kini menorehkan sejarah baru dalam dunia transportasi udara dengan kehadiran Bandara Internasional Banyuwangi (BIB) — bandara internasional pertama di Indonesia yang dibangun dengan konsep ramah lingkungan tanpa AC. Terletak di Desa Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, bandara ini tidak hanya menjadi gerbang udara, tetapi juga simbol kemajuan yang menggabungkan budaya lokal, teknologi hijau, dan keberlanjutan lingkungan.
Arsitektur Unik & Ramah Lingkungan
Tidak seperti bandara pada umumnya yang bergantung pada pendingin udara (AC) besar-besaran, Bandara Banyuwangi dirancang dengan ventilasi alami dan pencahayaan maksimal dari sinar matahari. Konsep ini mengurangi konsumsi energi listrik secara signifikan. Desainnya terinspirasi dari rumah adat suku Osing, penduduk asli Banyuwangi, menjadikannya bandara dengan identitas budaya yang kental.
Baca juga:
IMF Peringatkan Risiko Perdagangan Global Mengintai

Bangunan terminalnya didominasi oleh elemen kayu, tanaman hijau, dan sirkulasi udara alami yang mengalir bebas melalui lorong-lorong terminal, memberikan kenyamanan sekaligus efisiensi energi. Konsep ini sejalan dengan tren global pembangunan infrastruktur berkelanjutan.
Status Internasional Resmi
Bandara ini resmi kembali menyandang status Bandara Internasional berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan RI (KM No. 37/2025), setelah sebelumnya sempat turun status. Penetapan ini menjadikan Banyuwangi sebagai satu dari 36 bandara internasional di Indonesia.
Meski telah menyandang status internasional, tantangan masih ada: untuk menjadikannya bandara yang aktif secara internasional, diperlukan maskapai, rute, izin slot, dan fasilitas pendukung lainnya.
Infrastruktur dan Kapasitas
Bandara Banyuwangi memiliki fasilitas yang cukup mumpuni:
Runway: 2.450 meter x 45 meter, mampu melayani pesawat seperti Boeing 737 dan Airbus A320.
Terminal domestik: ±10.000 m², kapasitas hingga 500.000 penumpang per tahun.
Terminal internasional: ±600 m², kapasitas hingga 80.000 penumpang per tahun.
Luas lahan: Sekitar 125,5 hektar.
Angkasa Pura II sebagai pengelola telah menginvestasikan sekitar Rp 300 miliar untuk pengembangan tahap lanjutan, termasuk memperluas terminal menjadi lebih dari 20.000 m² dengan target kapasitas 2 juta penumpang per tahun.
Rute Domestik & Internasional
Bandara Banyuwangi melayani rute domestik seperti Jakarta, Surabaya, dan Denpasar. Rute internasional pertama dibuka pada Desember 2018 dari Kuala Lumpur ke Banyuwangi. Saat ini, beberapa rute baru sedang dijajaki, termasuk ke Arab Saudi untuk layanan umrah.
Data Januari–Mei 2023 menunjukkan:
- Total penumpang: 52.693
- Naik ~40% dibanding periode sama tahun sebelumnya
Dampak Ekonomi dan Pariwisata
Kabupaten Banyuwangi, dengan luas wilayah terbesar di Jawa Timur (~5.782 km²) dan UMK 2025 sebesar Rp 2.810.139, memiliki potensi besar untuk tumbuh lewat sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Bandara ini akan menjadi katalis bagi:
Meningkatnya jumlah wisatawan
- Terdiri dari 26.418 kedatangan dan 26.275 keberangkatan
- Masuknya investasi baru
- Pertumbuhan UMKM lokal
- Pembukaan lapangan kerja
Banyuwangi dikenal dengan berbagai destinasi unggulan seperti Kawah Ijen, Pantai Pulau Merah, Taman Nasional Alas Purwo, dan budaya etnik Osing yang kaya. Bandara berstandar internasional dengan desain lokal yang kuat akan memperkuat posisi Banyuwangi sebagai pintu gerbang wisata Jawa Timur bagian timur.
Tantangan ke Depan
Meski menjanjikan, bandara ini juga menghadapi tantangan seperti:
- Kenyamanan pengguna saat cuaca ekstrem (karena tanpa AC)
- Butuh dukungan rute internasional reguler
- Pengembangan transportasi darat penunjang
Namun jika tantangan ini diatasi, Bandara Banyuwangi dapat menjadi ikon nasional dalam pengembangan infrastruktur ramah lingkungan.
Bandara Internasional Banyuwangi bukan sekadar fasilitas transportasi, melainkan representasi dari masa depan bandara Indonesia: berkelanjutan, hemat energi, mencerminkan budaya lokal, dan mendukung ekonomi daerah. Diharapkan, konsep serupa bisa diadopsi di wilayah lain, menjadikan Indonesia pionir dalam infrastruktur hijau di Asia Tenggara. (nid)










