Kanal24, Malang – Desa Argosuko, Kabupaten Malang, kini memiliki wajah baru dalam memperkenalkan potensi pertaniannya berkat inovasi mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) melalui program Blimbing Village Walk. Melalui pemasangan papan barcode informasi dan poster edukatif di kebun belimbing dan jambu, potensi lokal semakin mudah diakses secara digital oleh masyarakat dan wisatawan.
Inovasi Digital untuk Promosi Potensi Desa
Program ini merupakan bagian dari Mahasiswa Membangun Desa (MMD) yang mengusung konsep pengembangan potensi lokal berbasis teknologi. Inisiatif ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin ke-9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur) serta poin ke-11 (Kota dan Permukiman Berkelanjutan), yang mendorong pemberdayaan masyarakat sekaligus promosi potensi desa secara berkesinambungan.
Baca juga:
MMD UB Gelar Festival Literasi Anak di Banyuputih Kidul Lumajang

Penggagas kegiatan, Irtiza Mashia Aqeela, mahasiswa Program Studi Manajemen Perhotelan, berkolaborasi dengan mahasiswa Fakultas Pertanian untuk merancang dan memasang barcode di 8 lokasi kebun milik petani. Setiap barcode dapat dipindai menggunakan ponsel pintar, menampilkan informasi detail seperti jenis tanaman, manfaat buah, musim panen, dan kisah khas Desa Argosuko.
“Saat wisatawan datang ke kebun, mereka bisa langsung memindai barcode yang telah dipasang di dekat pohon. Informasi yang muncul berguna untuk pendidikan dan memperkaya pengalaman mereka,” ujar Irtiza.
Poster Edukatif, Media Belajar yang Menarik
Selain barcode, tim MMD juga memasang tiga poster edukatif di titik strategis desa. Poster ini memuat empat varietas unggulan, yaitu belimbing lokal, belimbing Bangkok merah, jambu Bangkok, dan jambu kristal. Dengan desain visual yang menarik dan bahasa yang sederhana, poster ini memudahkan anak-anak maupun pengunjung untuk mengenal tanaman khas Argosuko.
Tak hanya menghadirkan media informasi, kegiatan ini juga membekali para petani dengan pelatihan hospitality dasar. Pelatihan ini mengajarkan sapaan ramah dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa halus (krama) dengan prinsip “Mesem – Suwun – Medhar” (Senyum – Sapa – Sampaikan). Petani dilatih untuk menyambut pengunjung, memberikan penjelasan singkat, dan mengarahkan wisatawan untuk memindai barcode demi informasi lebih lengkap.
Baca juga:
Mahasiswa UB Sulap TPG Pilanggede Jadi Galeri Hidup
Pendampingan dan Dampak Berkelanjutan
Kegiatan ini dibimbing oleh Ibu Fitriana Rakhma Dhanias, SE., MSA., Ak., CFP dan Susenohaji, SE., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Hasilnya, Desa Argosuko tidak hanya memperkuat citra sebagai sentra pertanian belimbing dan jambu, tetapi juga menambah nilai jual sebagai destinasi wisata edukatif yang ramah, informatif, dan berkelanjutan.
Dengan adanya inovasi ini, kebun-kebun di Argosuko bukan lagi sekadar lahan produksi, melainkan juga sarana edukasi yang mempererat hubungan antara petani, wisatawan, dan teknologi. (nid)