Kanal24, Malang – Dalam menghadapi era ledakan data yang semakin masif, terutama dari pengamatan Bumi melalui satelit, kemampuan mengelola dan menganalisis data spasial menjadi semakin krusial. Hal inilah yang melatarbelakangi pemaparan materi oleh Dr.-Ing. Serkan Girgin, M.Sc., Associate Professor sekaligus Kepala Centre for Research IT in Building (CRIB), University of Twente, Belanda, dalam kuliah tamu bertajuk “Introduction to Openeo for Cloud-Based Geoprocessing” di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (FILKOM UB), Jumat (24/10/2025).
Menurutnya, tantangan terbesar dunia riset saat ini bukan lagi tentang ketersediaan data, tetapi bagaimana memproses dan memanfaatkannya secara efektif melalui teknologi berbasis komputasi awan (cloud computing).
Baca juga:
Prof. Sutiman: Sains Harus Berpijak pada Kesadaran Ilahi

Tantangan Besar di Era Data Spasial
Dalam pemaparannya, Dr. Girgin menjelaskan bahwa saat ini tersedia jutaan sumber data spasial yang berasal dari berbagai satelit pengamatan Bumi. Data tersebut melimpah, tetapi pengolahannya tidak bisa lagi dilakukan dengan perangkat konvensional seperti komputer pribadi. Diperlukan infrastruktur komputasi yang kuat dan sistem yang mampu menangani pemrosesan data dalam skala besar secara efisien.
“Jumlah data yang dihasilkan dari pengamatan Bumi sangat besar dan kompleks. Tidak mungkin diproses dengan satu komputer atau laptop saja. Kita membutuhkan infrastruktur komputasi yang memadai untuk mengolahnya,” terang Dr. Girgin di hadapan peserta.
Untuk menjawab tantangan tersebut, ia memperkenalkan Openeo, sebuah platform geoprocessing berbasis cloud yang dikembangkan dengan dukungan pendanaan dari European Space Agency (ESA). Platform ini memungkinkan pengguna mengakses, memproses, dan menganalisis data spasial secara daring tanpa perlu perangkat keras berspesifikasi tinggi.
Mengenal Platform Openeo
Lebih lanjut, Dr. Girgin menjelaskan bahwa Openeo menjadi salah satu solusi yang dirancang untuk menyatukan berbagai sumber data spasial dan menyediakan akses yang mudah bagi peneliti, mahasiswa, maupun industri. Melalui platform ini, pengguna dapat menghubungkan data dari satelit, menjalankan perintah pemrosesan, hingga menghasilkan analisis visual tanpa perlu melakukan instalasi perangkat lunak rumit.
“Yang menarik, sebagian besar data pengamatan Bumi dapat diakses secara publik dan gratis. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak belajar memanfaatkannya. Platform seperti Openeo memberi kesempatan bagi siapa pun untuk mengembangkan solusi mereka sendiri,” ujarnya.
Menurutnya, pemahaman terhadap data spasial kini menjadi keharusan dalam bidang ilmu data (data science). Ia menekankan bahwa unsur spasial tidak hanya terbatas pada citra satelit, tetapi juga terdapat dalam berbagai sumber informasi lain, termasuk media sosial. “Bahkan unggahan di media sosial pun memiliki komponen spasial karena mengandung informasi lokasi. Jika kita bisa menganalisis data spasial dengan baik, kita dapat menemukan banyak wawasan baru yang berguna,” tambahnya.
Dampak bagi Mahasiswa dan Dunia Akademik
Kegiatan ini menjadi pengalaman pertama bagi Dr. Girgin berkunjung ke Indonesia, dan ia mengaku terkesan dengan semangat para mahasiswa FILKOM UB. Menurutnya, jumlah peserta yang banyak menunjukkan minat besar terhadap bidang pengolahan data spasial dan Earth Observation.
“Sangat menyenangkan melihat antusiasme mahasiswa di sini. Mereka muda, termotivasi, dan punya keinginan kuat untuk belajar hal baru. Saya berharap ini bisa menjadi langkah awal bagi mereka untuk mulai bekerja dengan data spasial,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa penguasaan geospatial information dapat memberikan dampak besar tidak hanya bagi dunia penelitian, tetapi juga bagi sektor industri dan pemerintahan. Data spasial yang dikelola dengan tepat dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti perencanaan kota, mitigasi bencana, pertanian presisi, hingga pemantauan lingkungan.
Harapan untuk Kolaborasi dan Inovasi
Menutup sesinya, Dr. Girgin menyampaikan harapannya agar mahasiswa FILKOM UB dapat terus mengasah kemampuan dalam bidang pengolahan data spasial dan memanfaatkan peluang kolaborasi internasional. Ia menekankan pentingnya untuk terus belajar, karena penguasaan teknologi data spasial menjadi keterampilan strategis di masa depan.
“Saya berharap sesi ini bisa menjadi eye opener bagi mahasiswa, terutama bagi mereka yang baru mengenal data spasial. Tidak ada jalan keluar dari dunia data, semua kini berhubungan dengan aspek spasial. Jadi, penting untuk memahami cara kerja dan potensinya,” tutupnya.
Dengan terselenggaranya kuliah tamu ini, FILKOM UB sekali lagi memperlihatkan komitmennya dalam menghadirkan pembelajaran global bagi mahasiswanya. Melalui kolaborasi dengan akademisi dunia seperti University of Twente, UB terus mendorong pertumbuhan wawasan internasional dan kesiapan mahasiswa menghadapi tantangan teknologi masa depan. (nid/tia)










