Kanal24, Malang – Mie instan, walaupun tercantum label “instan” di dalamnya, tetapi dalam proses pembuatannya tetap membutuhkan waktu sampai akhirnya dapat dikonsumsi. Namun dari proses tersebut, siapa sangka dari pembuatan mie instan ini kita bisa belajar mengenai self development. Pembahasan self development melalui mie instan ini disampaikan oleh Muhamad Mahrus Afif, S.Psi. dalam seminar acara Felocent 2.0 yang diselenggaraka oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di gedung Widyaloka Universitas Brawijaya.
Slef development ini penting untuk dipelajari dan diterapkan karena selain dapat membantu kita untuk mencapai suatu tujuan, self development juga akan membentuk diri kita menjadi Relevant person, yaitu orang yang selalu relevan di setiap zaman.
“Self development itu adalah gambaran dari membuat mi dengan adanya challenge” ujar Mahrus.
Baca Juga : FELOCENT 2.0 : Revival, Upaya BEM FISIP UB dalam Memantik Semangat Karir Mahasiswa
Konstruksi mie instan yang digunakan untuk membahas materi self development ini digunakan untuk menggambarkan bahwasannya dalam self development dibangun dari banyak langkah dan untuk mencapai suatu tujuan akan terdapat tantangan yang akan kita hadapi. Namun, challenge tersebut bukan berarti suatu yang akan menghambat kita, melainkan dapat mengantarkan kita kepada jalan lain. Sama hal nya dengan mie instan yang apabila tidak dapat menggunakan kompor untuk memasak, terdapat cara lain yaitu menggunakan rice cooker.
Diibaratkan dengan proses pembuatan mi instan, Self development terbagi menjadi tiga poin yaitu yang pertama adalah Self Knowledge/ Self Identity yaitu tahap saat menentukan jenis mie yang akan dibuat sesuai dengan selera. hal ini merupakan gambaran dari tujuan kita yang juga akan dapat mendefinisikan value diri kita. Secara lebih rinci dalam self knowledge ini memuat dua hal yaitu Adaptive self yang merupakan perilaku yang dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dan juga Authentic self yaitu perilaku yang dilakukan berdasarkan pada kebutuhan dan keinginan diri sendiri.
Poin kedua adalah Growth mindset adalah bagamana kita mencoba berbagai alternative cara dalam keterbatasan alat untuk memasak mie instan. Sama halnya dengan self development yang memungkinkan kita untuk dapat berkembang dengan segala keterbatasan yang kita punya dan tetap dapat meraih tujuan bersama dengan keterbatasan tersebut. Seseorang yang memiliki growth mindset akan memiliki keyakinan bahwa kemampuan akan dapat terus dibentuk dan terus dikembangkan.
Baca Juga : Dukungan Penuh Kemahasiswaan FISIP UB pada Felocent 2.0 Revival
Dan poin yang terakhir dari self development adalah Problem solving dan Creative thinking yang merupakan cara berpikir untuk menganalisis penyebab dari suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang dan berusaha mengatasi penyebab tersebut dengan cara-cara berpikir kreatif.
Lebih lanjut Mahrus menjelaskan bahwa tiga poin tersebut merupakan dasar dari pola pikir Self development yang akan membentu kita untuk terus tumbuh dan berkembang, sehingga dapat menjadi “Relevant Person” yang membuat kita menjadi pribadi yang relevan di setiap perubahan zaman.
“ketika kalian memiliki mindset seperti ini, kalian akan bisa melakukan self development, nah ketika ini berhasil maka diri kalian juga akan improve akan tumbuh, aka nada hal baru di diri kalian. Dan jika ini terjadi maka kalian akan menjadi relevant person” pungkas Mahrus. (rra)