Sering kali kita merasa sulit untuk menikmati hidup. Banyaknya tuntutan dari lingkungan sekitar membuat kita sulit mengambil keputusan dan membuat arah kehidupan. Akibatnya, ukuran kebahagiaan kita ditentukan oleh ekspektasi orang lain. Bagi Anda yang merasa galau dan tidak percaya diri karena pendapat orang, buku Berani Tidak Disukai akan membuka perspektif baru untuk membuat hidup jadi lebih baik.
Buku yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2019 ini menyajikan pemaknaan bahagia dengan lebih mendalam. Apakah bahagia hanya memiliki satu definisi pasti? Lewat percakapan yang terjalin antara pemuda dan seorang filsuf, buku ini mengajak pembaca melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda.
Mengangkat teori seorang psikolog ternama, Alfred Adler, buku ini memuat poin penting mengenai tujuan hidup melalui cara tak biasa. Narasi yang dikemas dalam bentuk percakapan ini merefleksikan masalah yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Mengawali langkah dengan melepaskan diri dari trauma serta membenahi ikatan antar sesama, pembaca diajak belajar untuk lebih menghargai esensi diri sendiri.
Buku setebal 345 halaman ini ditulis oleh Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga. Ichiro Kishimi adalah seorang filsuf yang beraliran Adlerian. Sedangkan Fumitake Koga merupakan seorang penulis asal Jepang yang karyanya banyak menjadi best seller. Mereka menjelaskan konsep bahagia dengan mengadopsi teori Alfred Adler, seorang psikolog terkemuka abad ke-19.
Ichiro dan Fumitake menjabarkan teori Alfred satu-persatu secara terperinci. Penjabarannya pun disampaikan dengan cara yang unik, yakni lewat dialog antar tokoh. Hanya ada dua tokoh pada buku ini, seorang pemuda yang tidak puas dengan hidupnya dan seorang filsuf yang mengajarkan kesederhanaan dunia juga kebahagiaan. Pandangan Adler diungkapkan dengan berani namun tetap menarik untuk dibaca, bahkan sejak bagian pendahuluan.
Pada bab pertama, inti dari salah satu pemikiran Adler ditegaskan pada judul sub-bab. Adler menyangkal adanya trauma yang dialami manusia. Menurut Adler, tidak ada alasan atau penyebab atas tindak laku seseorang. Keputusan seseorang untuk melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan.
Pemikiran tersebut berdasarkan studi aetiologi dan teleologi, yang mana berlawanan dengan pandangan Freud, seorang psikolog terkemuka selain Adler pada abad ke-19. Pembahasan mengenai perbedaan Adler-Freud ini digambarkan dalam argumentasi yang dilemparkan oleh tokoh pemuda kepada sang filsuf.
Judul “Berani Tidak Disukai” disisipkan secara implisit pada bab kedua dan ketiga. Kedua bagian tersebut memuat persoalan tentang bagaimana hubungan interpersonal dapat mempengaruhi kebahagiaan. Jika kita berani untuk tidak hidup demi memenuhi ekspektasi orang lain, maka kita bisa fokus pada tujuan dan kebahagiaan diri sendiri.
Kelebihan dari buku ini adalah pada bentuk narasi dan isi dialog para tokoh. Penyampaian narasi yang berbentuk dialog atau percakapan dikemas secara menarik dan berbeda dari buku non-fiksi kebanyakan. Selain itu, isi dialog yang berupa diskusi kedua tokoh membuat pembaca ikut menyelami topik yang ada.
Berani Tidak Disukai merupakan buku yang bagus untuk mengkaji pemikiran dari Adler. Meski begitu, buku ini tetap memiliki kekurangan. Poin yang tidak dipaparkan secara langsung membuat pembaca harus berkonsentrasi untuk memahami intisari buku ini. (nad)