KANAL24, Malang – Untuk melakukan pemantauan aktifitas Mahasiswa Membangun Desa yang seang berlangsung, Panitia mengoperasikan sarana Crisis Center yang memiliki sistem monitoring dan layanan pelaporan 24 jam dari ruang LPPM UB.
Ketua Program MMD UB, Dr. Sujarwo, S.P., M.P, menjelaskan progres kegiatan MMD UB dari sisi teknis telah berjalan relatif sangat lancar. Sedangkan, dari sisi substansi ini MMD UB bersifat eksplorasi dan para mahasiswa telah memberikan input mulai dari dokumentasi foto, video, dan pada waktu dekat akan ada berbagai survei tematik yang akan dikerjakan.
Ketua Program MMD UB, Dr. Sujarwo, S.P., M.P, (Sukana/Kanal24)
“Sejak hari pertama MMD, Crisis Center sudah kami aktifkan. Jadi, ini kayak sudah menjadi SOP kegiatannya bahwa volume mahasiswa yang kemudian di lapangan itu melakukan fungsi mitigasi kalau ada permasalahan. Sehingga, saat kita memberangkatkan adik-adik mahasiswa mulai dari persiapan menuju crisi center sudah dilakukan,” ujar Dr. Sujarwo.
Baca Juga : Remaja Sidobandung Antusias Pelajari UU ITE dan Hidroponik Bersama Mahasiswa MMD UB
Menurut Dr. Sujarwo, ketika mahasiswa sudah diberangkatkan dan berada di lapangan, crisis center tersebut telah aktif. Dalam hal ini, menurutnya “Halo MMD UB” untuk melakukan reporting text yang akan dimasukkan ke aplikasi MMD UB.
Selain itu, reporting dalam bentuk teks, juga ada bentuk call center. Pada bagian call center ini dalam bentuk emergency. Mahasiswa dapat segera menelpon dan ada outline number yang dapat dihubungi.
Tidak hanya itu, panitia MMD UB juga masih memiliki WA Group. Namun, WA Grup ini tidak dikhususkan untuk hal yang kritis. Sehingga, panitia MMD UB lebih relay di “Halo MMD” sebagai call center untuk crisis center.
Jika panitia MMD UB mendapatkan case, hal yang pertama dilakukan adalah melakukan konfirmasi terhadap case tersebut dengan memastikan apakah benar ada case tersebut di lokasi. Panitia dapat menghubungi mahasiswa tersebut karena panitia memiliki data lengkap tersebut nomor handphone mahasiswa tersebut.
“Jika memang tidak ada, berarti berita hoax. Jika ceritanya itu nggak benar, kita infokan bahwa case ini, berita ini sudah terkonfirmasi dan tidak benar. Sehingga, kita infokan ke DPR bahwa ini tidak benar, maka DPR tahu bahwa ini tidak benar dari kami,” ujar Dr. Sujarwo.
Namun, jika terkonfirmasi benar. Maka, panitia meminta informasi awal seperti keterangan bisa berupa image atau video. Jika bersifat sosial atau terkait dengan hukum atau teknik. Misalnya, untuk bencana alam, maka panitia akan mengundang tenaga ahlinya yang ada di sisi-sisi tersebut untuk kepanitiaan MMD UB. Tujuannya untuk mendapatkan advice awal.
Advice awal ini akan ditindaklanjuti dengan tim yang akan mengobservasi lapangan. Jadi, jika ada observasi lapangan dapat dipastikan apakah advice pertama dari tenaga ahli tersebut sama dengan hasil observasi lapangan atau merevisi hasil observasi penegak ahli.
Kemudian informasi tersebut langsung akan dikirim ke sporting crisis center. Lalu, membuat importir twitter yang kemudian dibagikan ke DPR. Sehingga, jika ada pertanyaan dari orang tua dan lain sebagainya, maka DPR memiliki jawaban yang sama dan jadi satu pintu untuk menegaskan simpang siur berita yang ada.
“Laporan-laporan yang masuk ke crisis center sejauh ini seperti berita kehilangan sepeda motor, kemudian berita itu direspon oleh Korwil untuk mengkonfirmasi benar enggak, ternyata itu nggak benar dan sudah cerita lama yang dihembuskan kembali. Kemudian ada kecelakaan yang perampokan di Jember dan kita konfirmasi ternyata memang benar ada kejadian tersebut,” ujar Dr. Sujarwo.
Setelah dikonfirmasi, ternyata memang benar ada mahasiswa MMD UB yang mengalami perampokan. Para mahasiswa tersebut langsung koordinasi dengan pemerintah desa dan kepolisian datang. Kemudian juga ada penduduknya. Maka laporan ini akan segera ditangani.(nid)