KANAL24, Malang – Jumlah guru besar di UB akan bertambah dua pada, Selasa (27/10/2020), di Gedung Widyaloka besok. Pertama, Prof. dr. Mohammad Saifur Rohman, Sp.JP (K), Ph.D, sebagai Profesor aktif ke 11 dari Fakultas Kedokteran (FK), Profesor aktif ke-189 di UB, dan ke-267 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh UB. Kedua, Prof. Dr. Ir. Sucik Maylinda, MS sebagai Profesor aktif ke-16 dari Fakultas Peternakan (Fapet), Profesor aktif ke-188 dari UB, serta Profesor ke-268 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan UB.
Prof. dr. Mohammad Saifur Rohman, Sp.JP(K), Ph.D lahir di Sampang, 10 Oktober 1968. Ia menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Airlangga, S2 di Universitas Indonesia, dan S3 di Kobe University, Jepang. Saat ini Ia dikukuhkan sebagai Profesor dalam bidang Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler pada FK-UB.
Dalam jumpa persnya sore ini M Saifur Rohman menjelaskan penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan yang utama, tidak hanya di Indonesia, namun juga di seluruh dunia. Tingginya angka kesakitan dan kematian PJK juga mempunyai dampak yang besar terutama terhadap pembiayaan dan kualitas hidup sumber daya manusia usia produktif di Malang. Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk masalah ini. Salah satu langkah yang efektif dan efisien dalam menyelesaikan masalah PJK ini adalah pendekatan berbasis penelitian, pengabdian masyarakat dan pendidikan secara integratif.
“Salah satu caranya dengan membentuk kelompok kajian/research group kardiovaskuler yang anggotanya terdiri dari multi disiplin ilmu. Anggota kelompok kajian ini terdiri dari berbagai profesi dan keahlian, seperti dokter, perawat, farmakologi, ahli biologi, ahli teknologi dan informasi, ahli teknologi pertanian dan keahlian lain yang tertarik untuk menyelesaikan masalah jantung dan pembuluh darah bersama-sama,” kata M saifur Rohman Senin, (26/10/2020)
Kelompok kajian tersebut melakukan serangkaian penelitian untuk mencari akar permasalahan dan mencari solusinya secara terintegrasi, mulai dari preventif, kuratif dan rehabilitatif PJK. Identifikasi masalah dan penyelesaiannya dilakukan berdasar hasil penelitian dan menjadi umpan balik untuk memperbaiki layanan atau pengabdian masyarakat dan pendidikan.
Serangan jantung yang menyebabkan kerusakan sel otot jantung (kardiomiosit) disebut juga Infark Miokard Akut (IMA), pencegahannya dilakukan dengan penelitian melalui studi klinik dan genetik. Selain itu pendekatan komunitas juga dilakukan dengan membentuk komunitas peduli jantung di Malang (Malang Community Cardiovascular Care = MC3).
Sedangkan Prof. Dr. Ir. Sucik Maylinda, MS lahir di Pamekasan, 28 September 1956. Ia menyelesaikan Pendidikan S1 di Fakultas Peternakan UB, sedangkan S2 dan S3 di IPB Bogor. Saat ini ia dikukuhkan sebagai Profesor dalam Bidang Ilmu Produksi Ternak pada Fapet UB.
Sucik menjelaskan saat ini Indonesia masih kesulitan memenuhi kebutuhan daging. Seperti yang dilaporkan BPS (2019) bahwa terjadi peningkatan impor daging dari Australia (pengekspor terbesar) tahun 2018 ke 2019 adalah 85,192,1 ton menjadi 100,623 ton. Dengan demikian terjadi kesenjangan antara supply dan demand yang semakin lebar. Kesenjangan ini diperkirakan akan terus meningkat. Untuk itu diperlukan upaya yang cerdas dalam memenuhi permintaan daging secara cepat.
Permasalahan dalam peningkatan produksi daging antara lain siklus reproduksi sapi termasuk lama, sehingga peningkatan populasi sapi termasuk lambat, permintaan akan daging sapi cukup tinggi, budidaya sapi potong sebagai produsen daging kurang didukung oleh manajemen yang baik, dan budidaya sapi potong perlu dikelola dengan sistem yang sesuai dengan kondisi peternakan dan tujuan usahanya.
Sucik berpendapat sudah sudah waktunya Indonesia melaksanakan pembibitan ternak khususnya sapi. Pemenuhan kebutuhan akan daging sapi yang selama ini merupakan tolok ukur keberhasilan pembibitan ternak, merupakan primadona bahan pangan yang sudah seharusnya sebagai produsen utama yaitu peternak rakyat (small holder) mendapatkan income yang cukup untuk kehidupannya.
Untuk itu perlu dilakukan seleksi, yaitu program untuk memilih pejantan/ induk yang nantinya akan menghasilkan anak-anak dengan performans seperti yang diinginkan oleh manusia. Peternak rakyat sebagai pelaku usaha pemeliharaan sapi dengan kondisi manajemen yang masih tradisional, membutuhkan strategi yang tepat untuk mampu menghasilkan ternak potong secara efisien dan berbobot potong yang tinggi.
Metode yang diharapkan mampu menjadi solusi yaitu Pyramidal breeding structure, yaitu struktur pembagian tugas berpola piramida, dimana terdapat hubungan dan regulasi antara breeder sebagai penyedia bibit (dalam hal ini dapat berupa lembaga pemerintah, lembaga penelitian atau peternak pembibit, ataupun koperasi) yang berada di posisi puncak, kemudian berhubungan dengan multiplier dengan fungsi dalam reproduksi yaitu penghasil anakan ataupun bakalan (dalam hal ini perusahaan, UPT), yang menyediakan sapi untuk produksi atau digemukkan.(sdk)