Kanal24, Malang – Optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025 kembali ditegaskan Bank Indonesia (BI). Lembaga otoritas moneter ini memperkirakan laju ekonomi nasional akan bergerak di kisaran 4,6 hingga 5,4 persen, dengan kemungkinan hasil aktual berada sedikit di atas titik tengah proyeksi tersebut.
Keyakinan tersebut bukan tanpa alasan. BI menyebut ada dua kontributor utama yang akan menopang pertumbuhan, yakni investasi yang tetap tumbuh solid serta ekspor yang semakin kompetitif di pasar global.
Baca juga:
BI Turunkan Suku Bunga, Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya, menjelaskan proyeksi ini dalam media gathering yang digelar di Yogyakarta, Jumat (22/8/2025). Ia menekankan bahwa meski kondisi global masih menghadapi ketidakpastian, Indonesia punya ruang cukup kuat untuk mempertahankan momentum pertumbuhan.
“Secara keseluruhan tahun 2025 ini masih akan tumbuh di kisarnya 4,6 persen sampai 5,4 persen. Ada sedikit penjelas akan berada di atas titik tengah,” ujar Juli.
Menurutnya, proyeksi ini menjadi sinyal positif setelah capaian pertumbuhan pada kuartal II-2025 berhasil menyentuh angka 5,12 persen (yoy). Sektor industri pengolahan dan perdagangan mencatatkan kinerja solid masing-masing 5,98 persen dan 5,37 persen, sementara sektor informasi dan komunikasi tumbuh paling tinggi mencapai 7,9 persen.
Investasi dan Ekspor Jadi Motor Utama
Lebih lanjut, Juli menekankan bahwa dua sektor kunci yang akan mendorong ekonomi nasional adalah investasi dan ekspor. Keduanya saling terkait dan saling memperkuat.
“Investasi masih akan tumbuh kuat karena ini juga drivernya adalah ekspor yang kita perkirakan juga akan lebih baik,” jelasnya.
Kondisi ekspor Indonesia, kata Juli, mendapatkan angin segar setelah adanya penyesuaian tarif dari mitra dagang utama. Amerika Serikat, misalnya, menurunkan tarif impor terhadap produk Indonesia menjadi 19 persen. Tarif ini lebih rendah dibandingkan yang dikenakan kepada sejumlah negara pesaing, sehingga memberikan keuntungan daya saing bagi produk nasional.
“Sehingga ini kita harapkan dapat mendukung ekspor dan sebagai ikutannya adalah investasi yang juga diperkirakan akan meningkat,” papar Juli.
Peran Belanja Pemerintah dan Kebijakan Moneter
Selain investasi dan ekspor, BI menilai belanja pemerintah (government spending) juga akan menjadi faktor pendorong tambahan. Anggaran negara diproyeksikan lebih ekspansif pada 2025, dengan fokus pada pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.
Dukungan kebijakan fiskal dari pemerintah akan diperkuat dengan bauran kebijakan moneter BI. Sejak September 2024, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak lima kali untuk meredakan biaya pinjaman dan mendorong konsumsi serta investasi.
Tak hanya itu, BI juga meluncurkan berbagai insentif makroprudensial untuk meningkatkan likuiditas di sektor keuangan. Langkah ini diharapkan bisa memperkuat daya dorong sektor perbankan dalam menyalurkan kredit ke dunia usaha.
Optimisme dan Tantangan
Meski proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 tampak optimistis, BI tetap mengingatkan bahwa ada sejumlah tantangan eksternal yang perlu diwaspadai. Fluktuasi harga komoditas global, ketidakpastian geopolitik, hingga perubahan kebijakan perdagangan internasional bisa mempengaruhi arah ekspor Indonesia.
Namun, dengan strategi memperkuat daya saing industri dalam negeri dan menjaga stabilitas sistem keuangan, BI percaya ekonomi Indonesia memiliki fondasi yang cukup kokoh.
Optimisme ini juga didukung tren positif kinerja sektor industri pengolahan dan perdagangan, yang selama ini menjadi tulang punggung pertumbuhan. Jika sektor informasi dan komunikasi terus melaju dengan pertumbuhan tinggi, maka perekonomian nasional berpeluang melampaui proyeksi yang sudah ditetapkan.
Baca juga:
Pendidikan Tersandera MBG, Konstitusi Terabaikan
Harapan Untuk Kedepannya
Di tengah dinamika global, fokus BI dan pemerintah adalah memastikan momentum pertumbuhan tetap terjaga. Kombinasi kebijakan fiskal dan moneter, ditopang investasi serta ekspor, diharapkan mampu memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia.
Dengan demikian, masyarakat luas dapat merasakan manfaat pertumbuhan yang inklusif, bukan sekadar angka statistik. Jika strategi ini berjalan konsisten, tahun 2025 bisa menjadi periode penting bagi Indonesia untuk mempertegas posisinya sebagai salah satu kekuatan ekonomi utama di kawasan Asia Tenggara. (han)