KANAL24, Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengakui sektor usaha mikro, kecil dan menengah ( UMKM ) menjadi salah salah satu sektor yang paling terdampak Covid-19.
Laporan dari Asian Development Bank pada Juli 2020, pandemi Covid-19 mengakibatkan 50 persen UMKM di Indonesia menutup usahanya.
Selain itu, sebanyak 88 persen UMKM tidak memiliki kas atau tabungan atau kehabisan pembiayaan keuangan. Selain itu, sekitar 60 persen usaha mikro mengurangi tenaga kerja.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Doni Primanto Joewono, mengatakan meski terdampak cukup berat, namun pemulihan dari sektor ini tergolong cukup cepat.
Hal itu didasarkan pada tingkat pertumbuhan kredit UMKM yang melesat 2,70 persen per Agustus 2021. Sementara, mengacu data BI, pertumbuhan kredi perbankan lebih kecil yaitu 1,16 persen (year-on-year) per Agustus 2021.
“Artinya mereka lebih kuat dalam menghadapi pandemi, jadi mari dukung UMKM karena banyak potensi, terutama UMKM di sektor muslim fashion, makanan halal dan pariwisata halal yang tumbuh 8,2 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi 7,02 persen,” kata Doni melalui rilisnya, Selasa (26/10/2021).
Untuk menopang sektor UMKM pulih kembali, BI berkomitmen untuk terus mendorong pengembangan sektor tersebut untuk masuk ke ekosistem digital. Dengan begitu, pangsa pasar UMKM akan lebih luas. BI juga mendorong UMKM menjadi mitra utama dalam pengembangan QRIS (Quick Response Indonesian Standard).
“Kami BI terus dorong teman-teman (UMKM) masuk ekosistem digital melalui QRIS . Kan target kita 12 juta sekarang baru 11,39 juta yang terhubung QRIS ,” tutur dia.(sdk)