KANAL24, Jakarta – Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM ), Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa terdapat 59 perusahaan asal Tiongkok akan merelokasi usahanya di Jawa Tengah (Jateng).
Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih menjadi destinasi investasi yang memikat bagi investor asing. Meski diakui juga bahwa banyak pabrik melirik Vietnam sebagai tujuan investasinya.
Bahlil menyatakan akan terus melakukan terobosan agar minat investor asing untuk merelokasi usahanya ke Indonesia semakin banyak. Selain itu juga untuk mempertahankan investor yang selama ini sudah menanamkan investasinya di Indonesia agar tidak lari ke luar khususnya ke Vietnam.
“Kuncinya kita bantu investor eksekusi sampai pabriknya jadi. Semua harus turun ke lapangan,” kata Bahlil di Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Relokasi perusahaan asal Tiongkok tersebut berasal dari sektor industri kayu dan furnitur. Bahlil mengatakan salah satu penyebab relokasi ini adalah pelayanan perizinan di Jawa Tengah sangat baik. Kata Bahlil, pelayanan perizinan di Jawa Tengah adalah yang terbaik, peringkat pertama sebagai penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) se-Indonesia dalam acara Investment Award 2018.
“Tentunya ini bukti bahwa pemerintah sudah support. Perizinan mudah menjadi modal utama dalam mengundang investasi,” ujar Bahlil.
Bahlil juga menyampaikan agar BKPM dan Pemerintah Jawa Tengah terus berkolaborasi untuk meningkatkan investasi industri furnitur. Hal ini sejalan dengan pesan Presiden Jokowi agar pemerintah proaktif menangkap peluang investasi relokasi pabrik furnitur dari perusahaan perusahaan yang terkena dampak perang dagang AS – Tiongkok.
BKPM mencatat bahwa Jawa Tengah kini menjadi primadona investasi dari berbagai negara. Iklim investasi yang sangat tenang dan ditopang oleh kemajuan pembangunan infrastruktur, membuat daya saing investasi Jateng kian membaik. September lalu, BKPM juga mencatat sebanyak 33 perusahaan asal negeri Tirai Bambu itu akan direlokasi, sebagai imbas dari perang dagang antara RRT dan Amerika.
“Kami ( BKPM ) sudah beberapa kali mempertemukan pengusaha-pengusaha furnitur di luar negeri dengan pelaku industri furnitur lokal. Harapannya agar mereka segera dapat bermitra dan membuat pabriknya di Jawa Tengah,” sambungnya.
Sebagai informasi, total investasi yang masuk ke Jawa Tengah pada periode 2015 hingga triwulan II 2019, baik PMA dan PMDN mencapai Rp 211,19 triliun. Terdiri dari investasi PMA sebesar Rp110,85 triliun dengan 4.964 proyek yang menyerap 335.735 tenaga kerja, dan PMDN sebesar Rp100,34 triliun
dengan 7.121 proyek yang menyerap 221.071 tenaga kerja. (sdk)