KANAL24, Jakarta – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mengaku, pihaknya akan mengalokasikan dana untuk berinvestasi di instrumen saham, lantaran secara year-to-date laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah terjerembab lebih dari 22 persen.
Menurut Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan, Agus Susanto, pada tahun ini pihaknya akan mengalokasikan dana untuk berinvestasi di instrumen saham sekitar Rp6 triliun-Rp8 triliun, lantaran pola penurunan IHSG sejak beberapa pekan terakhir telah menekan harga saham-saham yang dikoleksi BPJS Ketenagakerjaan.
“Kami perlu me-rebalancing. Kami perlu melakukan averaging down cost, karena rata-rata cost kami cukup tinggi. Dengan melihat harga saham sekarang ini, berarti ini bagus bagi kami untuk menurunkan rata-rata averaging down cost kami. Sehingga, kami bisa segera keluar dari saham itu,” ujar Agus di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Senin (16/3/2020).
Berdasarkan pertimbangan investasi, kata Agus, BPJS Ketenagakerjaan akan menempatkan dana di saham-saham berfundamental bagus, harga relatif rendah dan memiliki rasio dividen yang tinggi. “Sejauh ini kami melihat secara general. Jadi, sektornya belum bisa kami tentunkan, tetapi setiap saat kami evaluasi seluruh sektor industri,” imbuhnya.
Terhitung per akhir Desember 2019, BPJS Ketenagakerjaan mencatatkan dana kelolaan mencapai Rp431,6 triliun. Dana kelolaan tersebut dialokasikan pada instrumen fixed income (deposito dan surat utang) sebesar 71,4 persen, saham 19,09 persen, reksa dana 9,34 persen dan sisanya pada investasi langsung. (sdk)