KANAL24, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan sepanjang 2019 sebesar 5,02 persen. Sementara itu untuk pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2019 sebesar 4,97 persen. Dengan angka pertumbuhan ekonomi tersebut, maka pertumbuhan ekonomi melambat jika dibandingkan periode triwulan IV 2018.
Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan pertumbuhan ekonomi secara tahunan yang sebesar 5,02 persen tersebut diakuinya melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahunan pada tahun 2018 sebesar 5,17 persen. Meski begitu Suhariyanto mengapresiasi capaian tersebut lantaran mayoritas pertumbuhan ekonomi di negara-negara mitra juga kontraksi lebih dalam.
“Untuk mempertahankan di level 5 persen dalam situasi seperti sekarang tidak gampang, jadi 5,02 persen dengan situasi yang serba melemah ini kita bilang masih baik,” ujar Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Dijelaskannya, bahwa sumber pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2019 berdasarkan lapangan usaha, sektor industri masih yang paling utama. Tercatat kontribusi sektor industri pada pertumbuhan ekonomi mencapai 0,80 persen dengan tingkat pertumbuhannya mencapai 3,80 persen. Kemudian sektor perdagangan memberikan andil pada pertumbuhan ekonomi tahun 2019 sebesar 0,61 persen dimana tingkat pertumbuhannya sendiri sebesar 4,62 persen.
Selanjutnya sektor konstruksi dengan kontribusi 0,58 persen dengan tingkat pertumbuhan 5,76 persen. Dan sektor informasi dan komunikasi memberikan andil 0,49 persen dengan tingkat pertumbuhan mencapai 9,41 persen.
Sementara itu, lanjut Suhariyanto, jika dilihat dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2019 didominasi oleh konsumsi rumah tangga dengan andil 2,73 persen. Tingkat pertumbuhan konsumsi rmah tangga pada tahun lalu sebesar 5,04 persen. Kemudian komponen pembentuk pertumbuhan ekonomi lainnya adalah PMTB (Pembetukan Modal Tetap Bruto) sebesar 1,47 persen dengan tingkat pertumbuhannya sebesar 4,45 persen. Untuk belanja pemerintah memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi 2019 sebesar 0,26 persen dengan tingkat pertumbuhannya 3,25 persen.
“LNPRT (Lembaga non profit yang melayani rumah tangga) tumbuh pada 2019 karena ada pemilu sehingga di sana konsumsi LNPRT tumbuh, semuanya juga tumbuh tapi dua komponen masih kontraksi yaitu ekspor impor sehingga kita punya PR supaya kedepan neraca perdagangan kita tidak mengalami defisit kedepan, tentu ini tidak mudah karena kondisi global sedang melambat,” pungkas Suhariyanto. (sdk)