KANAL24, Jakarta – Cepatnya pemulihan ekonomidi China pasca wabah virus korona akan menguntungkan Indonesia, karena arus perdagangan baik ekspor maupunimpor dari dan ke China akan mengalami perbaikan. China merupakan salah satu negara mitra dagang utama Indonesia.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto mengatakan meskipun neraca perdagangan Indonesia dengan China sejak Januari-Maret 2020 masih defisit, namun besaran defisit terus menurun. Hal ini tidak lepas dari keberhasilan China dalam mengendalikan wabah virus korona sehingga aktivitas industrinya mulai menggeliat lagi.
” Recovery di Tiongkok begitu cepat sehingga ekspor impor dari dan ke China meningkat tajam. Tapi mereka (China) sekarang ini sedang mewaspadai gelombang kedua wabah korona,” kata Suhariyanto dalam konferensi pers via live streaming , Rabu (15/5/2020).
Defisit perdagangan Indonesia dengan China tahun ini masih menyisakan USD2,9 miliar. Jumlah tersebutberbeda jauh dengan periode Januari-Maret 2019 yang mencapai USD5,18 miliar. Defisit perdagangan Indonesiajuga terjadi dengan Australia sebesar USD5,62 juta dan dengan Thailand sebesar USD892 juta.
Sementara itu surplus perdagangan terbesar Indonesia terjadi dengan Amerika Serikat yang mencapai USD3 miliar. Kemudian dengan India sebesar USD1,99 miliar dan dengan Belanda sebesar USD535 juta.
Catatan ekspor Indonesia ke China khusus untuk periode Maret 2020 meningkat USD103,6 juta. Kemudian untuk catatan impor dari China pada periode tersebut meningkat sebesar USD1 miliar.
“Ekspor ke Tiongkok pada Maret ini meningkat kalau dibandingkan Februari 2020, diantaranya adalah tembaga dan barang dari tembaga, lemak dan minyak hewan nabati, besi dan baja,” ujarnya. (sdk)