KANAL24, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada September 2020 kembali terjadi deflasi sebesar 0,05 persen month to month (mtom). Sedangkan inflasi secara year to date (ytd) atau dari Januari – September 2020) sebesar 0,89 persen. Kemudian untuk inflasi tahunan (year on year / yoy) sebesar 1,42 persen.
Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan penyumbang deflasi pada periode September 2020 adalah penurunan harga kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau serta penurunan tarif angkutan transportasi khususnya moda pesawat terbang. Dijelaskannya bahwa deflasi ini menunjukkan daya beli masyarakat masih tertekan.
“Untuk bulan September 2020 dari sisi pasokan cukup tapi dari sisi permintaan masih rendah. Ini artinya daya beli masyarakat masih rendah yang ditunjukkan dari inflasi inti yang turun,” ujar Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Kamis (1/10/2020).
Dijelaskannya bahwa sumbangan kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau terhadap besaran deflasi sebesar 0,09 persen dengan tingkat inflasinya -0,37 persen. Kemudian untuk kelompok pengeluaran transportasi memberikan andil terhadap deflasi sebesar 0,04 persen dengan tingkat inflasi sebesar -0,33 persen.
“Komoditas pangan yang memberikan andil terbesar pada deflasi adalah daging ayam ras dan telor ayam ras sebesar 0,04 persen. Kemudian bawang merah andil deflasi 0,02 persen dan bebereapa jenis sayuran tomat cabe rawit andilnya 0,01 persen,” sambungnya.
Suhariyanto menyebutkan dari 90 kota Indek Harga Komsumen (IHK) yang dipantau BPS terdapat 34 kota yang mengalami inflasi dan 56 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Gunungsitoli sebesar 1 persen dan terendah di Pontianak dan Pekanbaru masing-masing sebesar 0,01 persen.
Sementara deflasi tertinggi terjadi Timika sebesar -0,83 persen dan deflasi terendah terjadi di Bukittinggi, Jember dan Singkawang masing-masing sebesar -0,01 persen.
Sementara itu salah satu sektor penyabab utama terjadinya inflasi adalah dari kelompok pengeluaran pendidikan. Tingkat inflasinya mencapai 0,62 persen dengan andil mencapai 0,02 persen. Terjadinya inflasi pada kelompok pengeluaran ini lebih disebabkan adanya peningkatan tarif pendidikan khususnya untuk pendidikan tingkatan akademi.
“Uang Kuliah naik sehingga memberikan andil inflasi sebesar 0,03 persen dan kalau kita lihat kenaikan harga uang kuliah ini terjadi di 19 IHK,” pungkasnya.(sdk)