Kanal24, Malang – Badan Pusat Statistik (BPS) resmi mengumumkan perubahan jadwal rilis data neraca perdagangan Indonesia. Jika sebelumnya data ekspor-impor dirilis setiap pertengahan bulan, kini BPS akan menyampaikannya di awal bulan, bersamaan dengan jadwal rilis data inflasi.
Kebijakan baru ini diumumkan melalui situs resmi BPS pada Kamis (15/5/2025). Perubahan tersebut merupakan langkah strategis dalam meningkatkan kualitas dan akurasi data statistik nasional.
“Dalam rangka meningkatkan kualitas data, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis angka tetap perkembangan ekspor impor di setiap awal bulan,” tulis BPS dalam keterangan resminya.
Baca juga:
Ekonomi 2025 Diprediksi Melambat, Ini Sebabnya
Perubahan ini juga berarti bahwa BPS tidak lagi merilis angka sementara ekspor-impor yang biasa dipublikasikan di pertengahan bulan. Sebelumnya, hanya data inflasi yang rutin diumumkan pada awal bulan, namun kini neraca perdagangan juga akan mengikuti pola yang sama.
Langkah ini menunjukkan komitmen BPS untuk menyajikan data yang lebih akurat dan dapat digunakan secara optimal dalam proses pengambilan kebijakan ekonomi nasional.
Data Inflasi April 2025
Selain pengumuman jadwal baru, BPS juga merilis data inflasi untuk April 2025. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyampaikan bahwa pada bulan tersebut terjadi inflasi sebesar 1,17 persen secara month-to-month (m-to-m). Tingkat inflasi year-to-date (y-to-d) mencapai 1,56 persen, sementara inflasi year-on-year (y-on-y) tercatat sebesar 1,95 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,47.
“Pada April 2025 terjadi inflasi sebesar 1,17 persen secara bulanan atau month to month, atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 107,22 pada Maret 2025 menjadi 108,47 pada April 2025,” ungkap Pudji dalam konferensi pers Berita Resmi Statistik, Jumat (2/5/2025).
Pendorong Inflasi
Inflasi pada April 2025 didorong oleh sejumlah komoditas, terutama tarif listrik yang memberikan andil tertinggi sebesar 0,97 persen. Selain itu, komoditas seperti emas perhiasan (0,16 persen), bawang merah (0,06 persen), cabai merah (0,04 persen), dan tomat (0,03 persen) juga turut mendorong kenaikan harga secara umum.
Namun, beberapa komoditas tercatat memberikan andil terhadap deflasi, seperti cabai rawit (-0,08 persen), daging ayam ras (-0,06 persen), dan telur ayam ras (-0,04 persen).
Inflasi Menurut Komponen
Menurut klasifikasi komponen, seluruhnya mencatatkan inflasi. Komponen harga diatur pemerintah menjadi penyumbang tertinggi dengan tingkat inflasi sebesar 5,21 persen, memberikan andil 0,98 persen terhadap inflasi umum. Komoditas dominan dalam kelompok ini antara lain tarif listrik, tarif angkutan udara, dan tarif kereta api.
Kondisi ini menunjukkan tekanan inflasi yang bersumber dari faktor kebijakan pemerintah dan fluktuasi harga komoditas tertentu.
Baca juga:
Efisiensi Anggaran Bikin Ekonomi RI Melambat
Langkah Progresif BPS
Dengan penggabungan jadwal rilis data inflasi dan neraca perdagangan di awal bulan, BPS berharap pemangku kepentingan dapat merespons kondisi ekonomi nasional dengan lebih cepat dan tepat. Reformasi ini juga diharapkan memperkuat kepercayaan publik terhadap data resmi pemerintah.
Langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa BPS terus bergerak menuju praktik statistik yang adaptif, transparan, dan berkualitas tinggi di tengah dinamika ekonomi global yang terus berubah. (nid)