KANAL24, Malang – Coba sekarang kita letakkan dulu tentang urusan keberpihakan pada siapa (orang) dalam urusan kontestasi kepemimpinan. Namun, mari kita lihat secara jujur dengan menggunakan hati yang hidup, sehat dan bersih. Yaitu sekiranya diajukan sebuah pertanyaan pada diri kita “Apakah kontestasi yang telah berlangsung telah berjalan dengan jujur, adil atau penuh kecurangan dan kedhaliman? . Apakah pelaksanaannya berjalan mulus atau penuh prahara ? Apakah para pelakunya telah bertindak gentle atau penuh keculasan ? Apakah para pelaksananya berlaku adil tidak memihak atau membabi buta dalam keberpihakan ? Apakah selama ini telah berlangsung bersih tanpa korban atau dengan tragis memakan korban jiwa tanpa sebab yang boleh diketahui ?, Apakah si pemenang menerima kemenangannya dengan penuh kebahagiaan dan yang kalah menerimanya dengan penuh kerelaan ?
Ini bukan tentang siapa ?, tapi apakah kejujuran telah benar-benar ditegakkan? Karena kejujuran itu pasti menenangkan dan kebohongan hanya akan melahirkan kegelisahan dan ketidaktentraman serta kecurangan itu dapat menghancurkan tatanan kehidupan. Siapapun yang berlaku jujur pasti akan tenang hidupnya dan menenangkan siapapun saja yang melibatkan diri dalam permainan kontestasi. Sementara kebohongan itu tidak akan pernah membahagiakan sekalipun tampak berhasil, melainkan hanya akan menghadirkan kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa (HR. Tirmidzi)
Kejujuran itu fitrah manusia, manakala ia ditegakkan maka setiap orang akan mampu menerimanya dengan ikhlas dan damai. Siapapun pemenangnya tidaklah masalah jika memang permainan itu dilakukan dengan penuh kejujuran. Karena yang kalah pun tentu pasti akan bahagia penuh penerimaan dan mendukung sepenuh hati karena memang demikianlah yang seharusnya ditunjukkan oleh jiwa ksatria penuh sportifitas. Namun jangan teriakkan perdamaian dan harus legowo menerima hasil manakala kejujuran tidak dijumpai dalam konstestasi permainan, manakala kecurangan dipertontonkan, dan intrik-intrik culas mewarnai langkah-langkah menuju kemenangan. Permainan yang diwarnai ketidakjujuran dan penuh kecurangan sebenarnya adalah wujud dari jiwa kerdil yang tak berani bertanding dengan penuh kesatria.
Kemenangan yang penuh kecurangan dan keculasan sejatinya adalah sebuah baju kepalsuan dan kemunafikan yang akan mengundang murka Tuhan, dan menjauhkan dari keberkahan.
Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)! ( QS. Al-Muthaffifin : 1)
Dan siapa saja pelaku ketidakjujuran dan mendukung kecurangan maka ia kelak di akhirat tidak akan mendapatkan syafaat dari Rasulullah saw.
“Akan ada setelahku para pemimpin, yang barangsiapa mendatangi mereka, lalu membenarkan mereka dalam kedustaan mereka, menolong mereka atas kezaliman mereka, maka ia bukan termasuk golonganku, dan aku tidak termasuk golongannya, dan ia tidak akan mencapai telagaku. Dan barangsiapa tidak mendatangi mereka, dan tidak menolong mereka atas kezaliman mereka, dan tidak membenarkan mereka dalam kedustaan mereka, maka ia termasuk golonganku dan aku termasuk golongannya, dan ia akan mencapai telagaku”. (HR. Tirmidzi)
Ini bukan tentang siapa ? tapi apakah kejujuran telah benar-benar ditegakkan? keadilan harus benar-benar diwujudkan. Karena keadilan itu tanda ketakwaan. Dan orang-orang yang bertaqwa akan bangkit manakala keadilan diperjualbelikan. Disaat keadilan hanya milik sekelompok orang, sementara pada kelompok yang lainnya hanya menelan pil pahit kedhaliman. Maka Hal ini hanya akan membangkitkan jiwa-jiwa pemberani untuk membela kaum yang terdhalimi. Mereka akan membelanya baik melalui tangan-tangan mereka, lisan-lisan mereka atau mungkin melalui kekuatan doa-doa mereka. Disaat semua kekuatan telah diupayakan maka doa akan menjadi andalan pamungkasnya. Dan jangan dikira bahwa doa itu adalah hal yang remeh. Bahkan langit akan terbuka lebar untuk menghantarkan doa dari kaum terdhalimi sebab doa orang yang didhalimi itu istijabah. Allah malu apabila seorang hambanya yang terdhalimi berdoa kemudian menolaknya. Berhati-hatilah dengan doa dalam kaum yang terdhalimi. Karena mereka dengan mengaduhkan persoalannya dengan membawa jaminan janji Tuhannya melalui lisan Nabi-Nya.
“Hendaklah kamu waspada terhadap doa orang yang dizalimi sekalipun dia adalah orang kafir. Maka sesungguhnya tidak ada penghalang diantaranya untuk diterima oleh Allah.” (HR Ahmad)
Ini bukan tentang siapa ? tapi apakah kebenaran telah benar-benar ditegakkan? karena kebenaran haruslah diperjuangkan. Sebab jika kebenaran telah dikorbankan demi kepentingan sesaat maka ketidakbenaran akan menguasainya dan tindakan-tindakan menghalalkan segala cara pasti akan dilalui demi tercapainya kepentingan kuasa. Jika kebenaran telah dipermainkan maka gejolak jiwa-jiwa yang bersih tak bisa lagi dipendam. Karena agama ini diturunkan untuk menegakkan kebenaran dan menghancurkan kebathilan. Jika kebenaran telah dinistakan maka akan membangkitkan jiwa kesatria para penegak kebenaran tak lagi bisa dibendung untuk menyuarakan kebenaran (alhaq). Dan keyakinan akan kemenangan ada pihak yang benar itu akan terus digelorakan sekalipun harus melalui jalan terjal berliku penuh kesulitan dan pengorbanan sekalipun nyawa taruhannya karena memang demikianlah janji dari Sang Pemilik Kehidupan bahwa apabila telah datang kebenaran (al haq) maka hancur dan lenyap binasalah kebathilan dan kebathilan itu benar-benar akan pasti lenyap binasa.
Dan katakanlah, “Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sungguh, yang batil itu pasti lenyap. (QS Al-Isra’: 81)
Untuk itu mari kita renungkan dengan jernih apakah semua realitas mutakhir di negeri kita ini telah benar berjalan normal, aman dan tidak terjadi apa-apa ? Janganlah karena suatu kepentingan dan keberpihakan pada sesuatu menyebabkan hati nurani kita tertutup untuk melihat segala realitas dan persoalan dengan jernih. Sekali lagi ini bukan tentang siapa, serta bukan pula urusan menang atau kalah namun ini hanya untuk menegaskan akan posisi dari kita dalam perjuangan, yaitu tentang dimana sebenarnya kita berpihak ??
Semoga kelak kita akan dikumpulkan oleh orang-orang sholih yang lurus dalam berjuang dijalan kebenaran agamaNya. Dan semoga setiap langkah perjuangan kita menyuarakan dan menegakkan diridhoi oleh Allah subhanahu wata’ala. Aamiiiin…
Oleh : Akhmad Muwafik Saleh (dosen fisip UB, motivator dan penulis buku)