Kanal24 – Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh tuntutan sosial ini, banyak orang terjebak dalam pola pikir bahwa kebahagiaan hanya bisa diraih jika kita diterima dan diakui oleh lingkungan sekitar. Buku Berani Tidak Disukai karya Ichiro Kishimi d an Fumitake Koga hadir sebagai angin segar yang menantang pemahaman tersebut. Didasarkan pada teori psikologi Alfred Adler, buku ini menggugah pembaca untuk mengubah cara berpikir, mencintai diri, dan membebaskan diri dari belenggu masa lalu.
Terbit pertama kali pada 9 September 2019 dalam versi bahasa Indonesia oleh Gramedia Pustaka Utama, buku setebal 352 halaman ini telah menyentuh hati jutaan pembaca di seluruh dunia. Lebih dari 3,5 juta eksemplar terjual, menandakan bahwa pesan kuat dalam buku ini sangat relevan dengan pergulatan batin banyak orang.
Baca juga:
Lima Buku Inspiratif untuk Temani Ramadhan 2025

Mengupas Kebijaksanaan Lewat Dialog
Dikemas dalam bentuk percakapan antara seorang filsuf dan seorang pemuda, Berani Tidak Disukai menawarkan pendekatan yang segar dan mudah dipahami. Dialog ini menciptakan suasana yang personal, seolah pembaca turut serta dalam perbincangan yang mendalam dan reflektif.
Sang filsuf, sebagai representasi pemahaman psikologi Adler, menantang pemuda yang penuh kebimbangan, keraguan, dan kemarahan terhadap masa lalu serta harapan orang lain. Lewat lima bab percakapan, filsuf tersebut membimbing pemuda—dan juga pembaca—untuk menyadari bahwa kebahagiaan bukanlah hasil dari pengalaman atau pengakuan orang lain, melainkan pilihan sadar yang datang dari dalam diri.
Masa Lalu Bukan Takdir
Salah satu premis utama dari teori Adler yang menjadi inti buku ini adalah: manusia tidak dikendalikan oleh masa lalu. Ini sangat kontras dengan pemikiran Freud yang menekankan pentingnya trauma sebagai penentu kepribadian.
Menurut Adler, pengalaman masa lalu, seburuk apapun, tidaklah menentukan masa depan seseorang. Yang terpenting bukanlah apa yang terjadi, tetapi bagaimana kita menyikapinya. Dengan demikian, pembaca diajak untuk keluar dari jeratan masa lalu dan mulai mengambil tanggung jawab penuh atas arah hidupnya saat ini.
Mencintai Diri, Menolak Membandingkan
Dalam dunia media sosial yang serba membandingkan, banyak orang kehilangan rasa syukur atas dirinya sendiri. Buku ini menekankan pentingnya mencintai diri sendiri tanpa terus-menerus mengukur diri dengan standar orang lain.
Ketika seseorang tidak bisa menerima dirinya dan terus berharap menjadi orang lain, maka kebahagiaan akan terasa semakin jauh. Namun, dengan menerima keunikan diri dan merangkul segala kekurangan serta kelebihan yang dimiliki, seseorang akan menemukan kebebasan sejati.
Hubungan Sosial dan Inferioritas
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari interaksi. Namun, Adler menyatakan bahwa hampir semua masalah manusia berasal dari relasi antarpersonal. Perasaan tidak percaya diri, rasa rendah diri (inferioritas), dan ketergantungan pada pengakuan orang lain adalah akar dari banyak penderitaan batin.
Alih-alih merasa rendah, Adler mengajak pembaca untuk melihat perasaan inferior sebagai cambuk dan motivasi untuk berkembang. Dengan mengubah fokus dari kekurangan menuju kontribusi, seseorang dapat membangun kepercayaan diri yang otentik dan tidak bergantung pada validasi eksternal.
Tidak Perlu Diakui untuk Bahagia
Salah satu gagasan paling revolusioner dari buku ini adalah bahwa hidup tidak harus didasarkan pada kebutuhan untuk disukai atau diakui. Adler mengkritik pendekatan reward-punishment dalam pendidikan dan mengingatkan bahwa melakukan hal baik seharusnya tidak bergantung pada pujian, sebagaimana menghindari kesalahan tidak semestinya hanya karena takut hukuman.
Dalam dunia yang menuntut kita untuk selalu tampil sempurna, Berani Tidak Disukai menyuarakan bahwa kita bisa hidup dengan prinsip sendiri, meskipun harus menanggung risiko tidak disukai orang lain. Justru dalam keberanian inilah, seseorang bisa hidup otentik dan menemukan makna yang sesungguhnya.
Kepasrahan Positif dan Spiritualitas
Menariknya, buku ini juga menyentuh aspek spiritualitas melalui konsep “kepasrahan positif”. Manusia tidak bisa mengubah segala sesuatu, tetapi bisa mengubah cara menyikapinya. Dalam konteks beragama, hal ini bisa diartikan sebagai doa dan penyerahan kepada Tuhan atas hal-hal yang di luar kendali, sembari berusaha sebaik mungkin atas hal-hal yang masih bisa diubah.
Kepasrahan di sini bukan bentuk keputusasaan, melainkan penerimaan aktif yang justru memberi kekuatan dan ketenangan.
Berani Menjadi Diri Sendiri
Buku Berani Tidak Disukai bukan sekadar buku self-improvement biasa. Ia adalah ajakan untuk berdamai dengan diri sendiri, menerima masa lalu tanpa menjadi budaknya, dan menjalani hidup dengan prinsip yang kita yakini, meski bertentangan dengan harapan lingkungan.
Kebahagiaan, dalam kaca mata Adlerian, bukan soal sukses atau gagal, bukan pula soal pujian atau celaan. Kebahagiaan adalah keberanian untuk menjadi diri sendiri, menerima kenyataan, dan melangkah dengan tenang meski tak semua orang akan mengerti atau menyukai kita.
Bagi siapa saja yang sedang mencari arah, merasa tidak cukup, atau terjebak dalam penilaian orang lain, Berani Tidak Disukai adalah sahabat yang siap menyulut api keberanian dalam hati. Sebuah bacaan yang wajib dimiliki oleh siapa pun yang ingin hidup dengan lebih jujur dan bermakna.
Baca juga:
Promo Penerbitan Buku UB Press 2025: Harga Terjangkau, Fasilitas Lengkap
Spesifikasi Buku:
- Judul: Berani Tidak Disukai
- Penulis: Ichiro Kishimi & Fumitake Koga
- Genre: Self Improvement
- Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
- Tanggal Terbit: 9 September 2019
- Jumlah Halaman: 352
- ISBN: 9786020633213
- Harga: Rp98.000
Kalau kamu ingin membaca sesuatu yang menggugah jiwa, menyentuh dasar pikiran, dan mampu mengubah pandangan hidup, maka Berani Tidak Disukai adalah pilihan yang tepat. Sudahkah kamu siap untuk tidak disukai—demi menjadi dirimu sendiri? (hil)