Kanal24, Blitar – Sebanyak 25 ibu hamil di Desa Bokor, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, mendapatkan edukasi penting tentang pencegahan stunting dari mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) FP UB 2025 yang menggabungkan pendekatan edukatif dan praktik melalui Pekarangan Pangan Lestari (P2L).
Desa Bokor dikenal memiliki potensi urban farming yang belum tergarap optimal. Melalui program ini, mahasiswa ingin mengajak masyarakat memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam bahan pangan bergizi sebagai bentuk nyata pencegahan stunting sejak fase kehamilan.
1000 Hari Pertama Kehidupan Jadi Fokus Utama
Program menyasar ibu hamil karena mereka berada dalam fase 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) periode emas yang sangat menentukan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun. Kurangnya pemahaman gizi selama masa ini dapat berdampak pada kualitas hidup anak dalam jangka panjang.
Melihat hal tersebut, mahasiswa menyusun program berbasis potensi lokal. Edukasi dilakukan secara interaktif dan mudah dipahami, dengan membahas seputar gizi ibu hamil, penyebab dan dampak stunting, serta pengenalan vertikultur sebagai metode tanam praktis di lahan sempit.
Latihan Menanam Sayur Bergizi di Rumah Sendiri
Rangkaian kegiatan mencakup pelatihan menanam sayuran bergizi seperti bayam, kangkung, dan sawi pakcoy. Para ibu dilatih menggunakan media tanam sederhana seperti polybag dan sistem vertikultur, yaitu teknik tanam bertingkat yang cocok digunakan di area rumah sempit atau tanpa lahan tanah luas.
Pelatihan ini tidak hanya diikuti ibu hamil, tetapi juga kader posyandu, bidan desa, dan tokoh masyarakat setempat. Mereka dilibatkan sebagai bagian dari keberlanjutan program agar hasil pelatihan bisa ditularkan ke lingkungan sekitar.
Sambutan Positif dan Antusiasme Warga
Kegiatan ini mendapatkan respon yang sangat positif dari warga. Beberapa peserta merasa terbantu karena akhirnya bisa memulai kebun kecil di rumah mereka.
“Saya senang, mbak, rooftop rumah saya jadi terurus. Dari dulu ingin menanam, tapi masih belum tahu gimana caranya,” ungkap salah satu kader posyandu yang mengikuti pelatihan.
Tak hanya antusias saat mendengarkan materi, peserta juga aktif bertanya dan praktik langsung saat sesi tanam berlangsung. Hal ini menjadi bukti bahwa program berbasis praktik lebih mudah diterima dan diaplikasikan.
Menuju Desa Tanggap Stunting dan Mandiri Pangan
Mahasiswa UB berharap bahwa program ini tidak berhenti saat masa KKN selesai. Mereka mendorong agar pekarangan gizi ini terus dikelola oleh masyarakat secara mandiri, dengan dukungan para kader dan bidan sebagai penggerak utama.
Lebih dari sekadar menanam sayuran, kegiatan ini ingin membangun kesadaran bahwa pangan bergizi bisa dihasilkan dari pekarangan rumah sendiri, dan bahwa stunting bisa dicegah dari langkah paling dasar: menanam.
Dengan sentuhan edukasi dan praktik langsung, program KKN FP UB 2025 ini menjadi contoh nyata bahwa perubahan menuju desa yang sehat dan mandiri bisa dimulai dari halaman rumah sendiri.(Din)