oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Romadhon adalah madrasah yang memberikan banyak pelajaran kepada umat Islam tentang bagaimana menata diri menuju suatu kesempurnaan hidup (taqwa). Dengan menjadikan puasa sebagai cara untuk melakukan suatu proses pengendalian diri dengan membangun nilai-nilai kesabaran, kesadaran, kontrol diri, serta kepedulian pada sesama. Pembangunan nilai-nilai ini semakin sempurna dengan kehadiran wabah corona. Virus ini seakan menggenapi pembelajaran ramadhan kepada umat Islam secara khusus, dan umat manusia pada umumnya.
Disaat ramadhon mengajarkan tentang proses pengendalian diri, maka corona mengajarkan tentang bagaimana seseorang peduli pada kebersihan dan kesehatan dirinya dan lingkungannya. Seakan ada satu pesan yang ingin disampaikan, bahwa bangunan nilai-nilai personal belumlah dianggap sempurna, apabila tidak diwujudkan dalam tindakan sesepele apapun pada diri seseorang, seperti menjaga kebersihan diri dan lingkungannya.
Kebersihan diri adalah tanda dari seseorang yang beriman kepada Allah, bahkan secara spesifik Rasulullah mengatakan bahwa, kebersihan adalah bagian dari pada iman. Corona yang hadir di tengah-tengah kita, seakan ingin mengingatkan kembali atas pentingnya kebersihan, kerapian, keteraturan, baik pada diri dan lingkungan. Menjaga diri dan lingkungan dari kotoran, sehingga jngan sembarang membuang sampah. Mulai dari sampah rumah tangga hingga lingkungan. Sampah harus dikelola dengan baik agar tidak mencemari lingkungan, bahkan sampah harusnya dapat menjadi karya kreativitas dan inovasi tersendiri untuk kemaslahatan manusia.
Pengelolaan sampah yang baik akan mendorong terciptanya kualitas hidup yang baik pula. Betapa sampah yang dibiarkan begitu saja, hanya akan menjadi polusi dan sumber penyakit bagi masyarakat. Apabila kita amati di berbagai negara, mereka mampu membangun budaya bersih pada masyarakatnya melalui budaya peduli pada sampah dengan cara tidak mudah membuang sampah di sembarang tempat. Bahkan mereka mampu menanamkan budaya malu, manakala membuang sampah sembarangan, setiap orang bertanggung jawab atas sampahnya masing-masing. Sehingga tampaklah lingkungan yang bersih dan asri, jauh dari sampah.
Sementara di negara kita, kebanyakan orang belum merasa memiliki kepedulian pada sampah. Kita masih mudah membuang sampah di sembarang tempat. Setiap orang yang memproduksi sampah, tidak bertanggung jawab atas sampah masing-masing. Kita cenderung menyerahkan urusan sampah diri kita pada orang lain. Sebagai contoh, di saat kita sedang makan di warung, maka kita akan begitu saja membiarkan sisa makanan dan membiarkannya di meja. Kita menganggap bahwa ada petugas cleaning service yang akan membersihkan gelas dan piring kotor kita. Atau di saat kita sedang berjalan seakan tanpa ada rasa bersalah jika kita membuang sampah di sembarang tempat. Sehingga yang terjadi adalah sampah berserakan di mana saja, di rumah, di jalan atau di lingkungan sekitar kita, tanpa ada sedikitpun kepedulian dari kita.
Bahkan perilaku masyarakat kita pun dalam memperlakukan sampah semakin tidak terkontrol, hingga aliran sungai pun menjadi tempat pembuangan sampah, akibatnya yang terjadi adalah aliran-aliran sungai dipenuhi dengan tumpukan sampah, dan menjadi musibah tersendiri pada saat terjadi hujan. Sehingga berton-ton sampah menutupi pintu-pintu air, yang menyebabkan terjadinya banjir di kota-kota.
Padahal Islam mengajarkan bahwa seseorang dilarang untuk kencing di air yang menggenang karena akan merusak kualitas air dan peruntukannya bagi manusia. Sebagaimana Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam :
لَا يَبُولَنَّ أَحَدُكُمْ فِي الْمَاءِ الدَّائِمِ الَّذِي لَا يَجْرِي ثُمَّ يَغْتَسِلُ فِيهِ
“Jangan sekali-kali salah seorang dari kalian kencing pada air yang tidak mengalir, lalu mandi darinya.” (HR. Bukhari)
Hal ini menegaskan bahwa seseorang dilarang mencemari air dan lingkungannya. Tentu termasuk dalam larangan ini adalah membuang sampah pada aliran air sebab akan merusak dan mencemari aliran sungai yang akan berakibat pada kemudharatan bagi manusia.
Untuk itu corona yang hadir di bulan Romadhon ini, seakan ingin menyampaikan suatu pesan, “mari peduli dengan kebersihan diri dan lingkungan. Jangan buang sampah sembarangan, hiduplah yang teratur dan bersih, mulai dari diri hingga lingkungan, agar terjaga kesehatan diri dan masyarakat, demi kemaslahatan dan kualitas hidup yang lebih baik”. Inilah pesan corona yang menggenapi Romadhon kita. Wallahu a’lam bish showab.
Penulis KH. Akhmad Muwafik Saleh pengasuh Pesma Tanwirul Afkar, Dosen FISIP UB dan sekretaris KDK MUI provinsi Jawa Timur