Kanal24 – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto meminta seluruh pengambil kebijakan di daerah untuk menyiapkan alat kesiapsiagaan terhadap dampak kondisi cuaca ekstrem. Cuaca ekstrem diprakirakan masih akan melanda wilayah Tanah Air dalam kurun sepekan ke depan atau sampai Sabtu (15/10/2022).
BNPB menegaskan bahwa penanggulangan bencana telah menjadi standar pelayanan minimal pemerintah daerah.
“Penanggulangan bencana adalah standar pelayanan minimum di daerah. Untuk itu, pimpinan daerah dan segenap jajaran agar segera melakukan apel kesiapsiagaan dalam rangka mengetahui dan mengecek kesiapan alat, perangkat, dan personel untuk menghadapi bencana banjir, longsor akibat cuaca ekstrem,” kata Suharyanto (11/10/2022).
Kepala BNPB menerangkan bahwa selama sepekan terakhir (3 hingga 9 Oktober), telah terjadi 66 kejadian bencana hidrometerologi basah yang meliputi 35 kejadian banjir, 16 tanah longsor dan 15 cuaca ekstrem. Dari seluruh kejadian itu, sebanyak sembilan jiwa meninggal dunia, satu orang hilang dan 151.156 warga terdampak.
Berdasarkan rangkaian bencana tersebut, Kepala BNPB mengingatkan agar pemerintah daerah segera mengeluarkan status darurat jika terjadi bencana.
Hal ini penting karena dengan menyatakan keadaan darurat, semua pemangku kepentingan dapat memberikan bantuan dan dukungan untuk mengurangi dampak risiko dan meminimalkan hilangnya nyawa manusia, materi dan mata pencaharian lainnya.
“Tanggap darurat ini dilakukan secepat mungkin agar warga yang terdampak bencana segera dapat terbantu,” kata Suharyanto.
“Seluruh pemangku kepentingan ini baru bisa masuk setelah daerah menetapkan status tanggap darurat,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Suharyanto mengatakan bahwa penanggulangan bencana adalah urusan bersama, sehingga perlu ada sinergi antar-pemangku kepentingan yang dimulai dari koordinasi.Penanganan bencana harus melibatkan seluruh unsur, mulai dari BPBD, TNI, Polri, Basarnas, Dinas PUPR, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, akademisi, media massa, relawan hingga masyarakat.
Suharyanto menghimbau manajemen senior BPBD untuk memulai langkah-langkah dalam meningkatkan kesiapsiagaan seperti memantau situasi hujan, menyiapkan jalur dan lokasi evakuasi dan mengkonfirmasi peringatan dini dengan TNI dan Polri.
“Perlu ditingkatkan koordinasi secara sinergis. Tolong kepala BPBD ini menjadi pendorong, menjadi inisiator dan koordinator. Silakan diadakan koordinasi dengan komandan TNI dan Polri di daerah masing- masing,” ujar Suharyanto.
BNPB mencata perstiwa bencana sejak 1 Januari hingga 9 Oktober 2022 berupa bencana banjir sebanyak 1.083 kali, cuaca ekstrem 867 peristiwa dan tanah longsor 483 kejadian, disusul bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sebanyak 239 kejadian, gempa bumi dan gunung api 21 kejadian, gelombang pasang atau abrasi 21 kejadian, dan kekeringan 4 kejadian.
Akibat dari rentetan bencana tersebut, sebanyak 160 jiwa meninggal dunia, 28 hilang, 790 luka-luka dan 3.193.001 terdampak bencana. Kerugian yang ditimbulkan atas bencana selama 10 bulan ini meliputi 31.170 rumah rusak, 882 fasilitas rusak, 501 fasilitas pendidikan rusak, 306 rumah ibadah rusak, 75 fasilitas kesehatan rusak, 137 kantor rusak, dan 137 jembatan rusak.