Kanal24, Malang – Di tengah meningkatnya kasus luka kronis yang berpotensi menyebabkan komplikasi serius seperti amputasi, program pelatihan Certified Wound Care Clinician Associate (CWCCA) hadir sebagai inisiatif penting untuk mengasah keterampilan dalam penanganan luka modern.Program pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi perawatan luka bagi tenaga kesehatan di Indonesia, khususnya di bidang perawatan luka kronis dan luka yang rentan terhadap komplikasi serius, seperti amputasi pada pasien diabetes, Jumat (08/11/2024)
Pelatihan CWCCA menyasar tenaga kesehatan dari berbagai bidang, termasuk dokter, perawat, bidan, hingga apoteker. Menurut Rizkha Hayunda Putri Ferenika selaku ketua pelaksana menyebutkan bahwa latar belakang dari program ini adalah kebutuhan mendesak untuk meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan, khususnya di Malang, yang selama ini belum memiliki keterampilan mendalam dalam menangani luka kronis.
“Dengan program ini, kami berharap mereka bisa meningkatkan kemampuan perawatan yang lebih efektif, terutama dalam menangani kasus luka akibat diabetes yang berisiko amputasi.” jelasnya.
Pelatihan yang diadakan di gedung Malang Creative Center ini dihadiri oleh peserta yang datang dari berbagai penjuru Indonesia, mulai dari daerah di Jawa hingga Aceh. Rizkha menjelaskan jika kegiatan ini telah melalui persiapan penuh selama dua bulan sebelumnya. “kami telah berupaya dengan melakukan publikasi melalui sosial media, oleh karena itu kami sangat bersyukur kegiatan kali ini mendapat banyak atensi dari peserta pelatihan,” terangnya.
Pelatihan CWCCA yang diadakan oleh PedisCare Center, sebuah organisasi yang sejak tahun 2015 berkomitmen untuk memajukan perawatan luka modern di Indonesia. Ns. Ahmad Hasyim W, M.Kep, MNg, Sp.KMB, selaku CEO Pedis Care Center Malang, menjelaskan pentingnya pendekatan perawatan luka modern di Indonesia untuk menekan angka amputasi yang disebabkan oleh luka kronis. Ia juga menyebut bahwa Pedis Care berperan aktif dalam memperkenalkan teknologi perawatan luka ke seluruh Indonesia, termasuk melalui kegiatan sosial seperti perawatan luka gratis bagi pasien tidak mampu dan layanan kesehatan untuk lansia dhuafa di Malang.
“Pedis Care berdiri karena tingginya angka luka kronis yang tidak tertangani hingga menyebabkan amputasi. Kami tidak hanya bergerak di bidang komersial, tetapi juga aktif mengembangkan kegiatan sosial,” ujar Ahmad Hasyim.
Ahmad Hasyim juga mengungkapkan tantangan yang sering dihadapi tenaga perawat dalam melakukan perawatan luka di Indonesia, salah satunya terkait birokrasi dalam sistem kesehatan. Meskipun teknologi perawatan luka modern telah berkembang, banyak tenaga kesehatan masih terjebak dengan prosedur perawatan konvensional. Ia menyoroti perlunya pengembangan praktik mandiri dalam perawatan luka agar penerapan metode modern bisa lebih luas dijalankan di fasilitas kesehatan.
Di Pedis Care, pendekatan perawatan luka modern sudah dilakukan dengan dukungan sistem yang terintegrasi. Selain itu, Pedis Care juga menjalin kerja sama dengan berbagai perusahaan, baik nasional maupun internasional, untuk mengembangkan produk perawatan luka yang inovatif. “Kami terus berupaya mengembangkan produk-produk perawatan luka dengan standar yang lebih baik. Kerja sama ini penting agar tenaga kesehatan bisa mendapatkan akses lebih mudah terhadap teknologi terbaru,” lanjut Ahmad Hasyim.
Program sertifikasi CWCCA telah melahirkan ribuan praktisi perawatan luka mandiri di Indonesia, dan terus berupaya memberikan kurikulum berkualitas dengan pemateri berkompeten.
Dengan perkembangan teknologi perawatan luka, CWCCA diharapkan mampu membuka wawasan baru bagi tenaga kesehatan di seluruh Indonesia mengenai pentingnya teknik perawatan modern dalam mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien. (fan)