Kanal24, Malang –Literasi kerap dipandang sekadar keterampilan teknis membaca dan menulis, padahal sejatinya ia adalah fondasi pembentuk kesadaran, keberanian, dan kreativitas generasi muda. Dalam forum literasi yang digelar di Malang, Dee Lestari hadir bukan hanya sebagai penulis, tetapi juga sebagai sosok inspiratif yang menekankan pentingnya menyalakan semangat berkarya melalui kata.
“Tugas kami sebagai penulis adalah menyebarkan semangat, membangkitkan inspirasi, dan menumbuhkan keberanian bagi generasi muda untuk mulai berkarya,” tuturnya saat hadir dalam puncak program Manajemen Talenta Nasional (MTN) bertajuk “Ikon Inspirasi” di Samantha Krida Universitas Brawijaya, Rabu (24/9/2025).
Bakat Hanya Permulaan, Kerja Keras Menentukan
Menurut Dee, banyak orang menganggap bakat adalah penentu keberhasilan. Namun, baginya bakat hanyalah minat yang terarah, sementara kerja keras memegang peran jauh lebih besar. “Kerja keras memegang 90 persen dari hasil yang kita peroleh. Tidak ada cara lain untuk menulis selain menulis,” tegasnya.
Baca juga:
Kenali Scarcity Trauma dan Cara Menghadapinya

Ia menjelaskan, menulis bukan soal menunggu inspirasi datang, melainkan membangun disiplin untuk berlatih. Latihan berulang, jam terbang yang panjang, serta keberanian untuk gagal menjadi syarat mutlak dalam membentuk kemampuan menulis yang baik. Dee menambahkan, menulis adalah proses seumur hidup, bahkan dirinya yang sudah puluhan tahun berkarya masih merasa perlu banyak belajar.
Pentingnya Menyelesaikan dan Menciptakan Urgensi
Salah satu hal yang paling ia tekankan adalah pentingnya menyelesaikan karya. Banyak penulis pemula semangat di awal, tetapi menyerah di tengah jalan. Padahal, menurut Dee, pelajaran berharga justru muncul ketika seseorang berhasil menuntaskan proses menulis.
“Kalau memulai sesuatu, tamatkan. Karena banyak sekali pelajaran yang bisa kita dapat dari menamatkan sesuatu,” ungkapnya.
Dee juga menekankan perlunya tenggat waktu untuk mengatasi kebuntuan. Rasa enggan atau kebingungan saat menulis biasanya hanya bisa ditembus jika ada urgensi untuk menyelesaikan. “Selama kita merasa tidak ada urgensi, sebuah karya akan sulit selesai. Tapi kalau ada urgensi, apapun kesulitannya, kita akan cari cara untuk menyelesaikan,” jelasnya.
Proses Kreatif di Balik Karya Dee
Dalam kesempatan ini, Dee turut membagikan pengalaman kreatifnya. Salah satunya adalah kisah di balik novel Aroma Karsa. Ia bercerita bahwa ide tersebut lahir dari ketertarikannya pada aroma, baik wangi maupun tidak sedap. Untuk memperkaya cerita, Dee bahkan mengikuti kursus meracik parfum agar dapat memahami spektrum aroma yang luas dan mendalam.
“Awalnya saya ingin menulis novel tentang aroma, maka saya harus membangun semesta aroma dengan spektrum sangat luas. Dari situlah ide menghadirkan TPA sebagai setting muncul,” terangnya.
Selain Aroma Karsa, Dee baru saja merilis buku Selaras, hasil kolaborasi dengan mendiang suaminya, Reza Gunawan. Buku tersebut mengusung tema self-help dengan fokus pada peningkatan kualitas hidup dan kesadaran diri. Ia juga mengungkap rencana untuk menerbitkan dua karya baru pada 2026, termasuk Aroma Karsa 2.
Literasi Sebagai Fondasi Kehidupan
Lebih jauh, Dee menekankan bahwa menulis dan membaca adalah otot yang harus dilatih secara konsisten. Tidak perlu target besar, cukup dengan komitmen kecil setiap hari. “Mau cuma setengah jam sehari atau satu jam sehari, yang penting lakukan. Dan apapun yang kita mulai, usahakan tamatkan,” pesannya.
Baca juga:
Art Healing, Cara Mengenal Diri Lewat Goresan
Ia berharap peserta forum dapat tergerak untuk menulis, membaca lebih rajin, dan menyebarkan kesadaran literasi di lingkungan masing-masing. Literasi, menurutnya, bukan hanya soal keterampilan teknis, tetapi juga jalan untuk memperluas wawasan, memperkaya pengalaman batin, serta melatih kedewasaan berpikir.
Dengan penuh ketulusan, Dee Lestari menekankan bahwa tidak ada kata terlambat untuk mulai menulis. Bakat memang bisa menjadi awal, tetapi kerja keras, konsistensi, serta keberanian menyelesaikan karya adalah kunci sejati dalam perjalanan literasi. Melalui pesan ini, Dee ingin menumbuhkan keyakinan bahwa siapa pun bisa menjadi penulis, asalkan berani mencoba, terus berlatih, dan tidak berhenti belajar. (nid/tia)