Addiinu an nashihah, agama adalah nasihat, demikian sabda nabi. Agama menjadi jalan pengingat bagi manusia tentang bagaimana menjalani kehidupan, sebagai solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi manusia sehingga menjadikan manusia lebih tenang dalam menjalani kehidupan. Agama adalah sumber ketenangan bagi kehidupan. Islam datang ke muka bumi dalam rangka agar manusia dapat menjalani kehidupan dengan penuh ketenangan dan kedamaian.
Agama adalah jalan fitrah manusia yang dibuat secara langsung oleh Allah Sang Pencipta kehidupan agar manusia tenang dalam menjalani kehidupannya dengan bantuan panduan dasar kitab suci. Namun dalam perjalanannya kemudian ada sebagian manusia yang patuh dan ada pula yang suka melanggar hingga kebanyakan manusia menjauh dari nilai kebenaran. Disaat kehidupan manusia semakin menjauh dari nilai-nilai kebenaran sumber wahyu, hingga disaat kebenaran sumber wahyu dibawakan kembali oleh para nabi dari masa ke masa kepada realitas masyarakatnya (ummat) menjadi tampak kontroversial karena dianggap berbeda dengan realitas kebanyakan.
Kehadiran nabi dalam setiap zamannya akan selalu dianggap membawa nilai kontroversial bagi masyarakatnya sebab realitas masyarakat pada saat sedang berada dalam kegelapan yang jauh dari nilai-nilai kebenaran sumber wahyu yang melandasi fitrah awal kemanusiaan. Kontroversialitas para nabi tidaklah dimaksudkan dengan sengaja untuk membuat tindakan kontroversial itu, namun hal ini disebabkan karena nilai kebenaran yang dibawa oleh para nabi sangat jauh dari realitas yang terjadi. Karena realitas yang ada tidak berada dalam bingkai nilai kebenaran. Adapun tujuan utama para nabi dengan kontroversialitasnya adalah agar manusia kembali ke jalan yang benar hingga dapat menjalani dan mewujudkan kehidupan yang lebih tenang.
Namun tidaklah demikian dengan apa yang saat ini dilakukan oleh para pembuat kontroversi lebih dimaksudkan agar tampak berbeda dan mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat sehingga menjadikan dirinya lebih dikenal oleh publik. Mereka sadar betul bahwa khaalif tu’rof, semakin berbeda akan semakin terkenal. Sehingga menggunakan beragam macam cara yang bahkan bertentangan dari nilai kebenaran sumber wahyu, syariat aturan Allah swt sebagaimana yang dipahami oleh para ulama secara masyhur terlebih dengan menggunakan sudut pandang kalangan di luar islam dalam memandang dan mengkaji pemahaman islam.
Tindakan berbeda dalam menformulasikan nilai kebenaran dengan cara menerobos nilai kebenaran dan menghalalkan segala cara, bukanlah tindakan yang baik dan bijaksana. Semisal menebarkan kontroversi kata kafir sebagai suatu diksi yang patut di redifinisi, penghapusan kata perang atau jihad dalam kurikulum, pelarangan suara adzan atau tepatnya pengaturan volume adzan, kampanye liberalisme islam yang menanamkan nilai pluralisme, sekularisme hingga pragmatisme dengan menanamkan bahwa semua agama adalah sama, agama dan politik haruslah berada di ruang terpisah, politik yes, agama no dalam pemerintahan, hingga menghalalkan pacaran hubungan sejenis (LGBT), bahkan menghalalkan sex bebas tanpa nikah, serta permissif atas perilaku pacaran generasi muda bahkan re-konstruksi realitas bagi kalangan santri.
Sementara nabi sangat melarang bersikap kontroversial yang dapat membuat kegaduhan ummat karena tindakan dan pikiran-pikiran yang yang bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan yang dipahami oleh masyarakat kebanyakan serta nilai-nilai kebenaran sumber wahyu. Sebagaimana sabdanya :
Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a., ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang paling keras penantangnya lagi lihai bersilat lidah’.” (HR Bukhari [2457] dan Muslim [2668])
Diriwayatkan dari Abu Ustman an-Nahdi, dalam sebuah hadist lain, ia berkata, “Aku duduk di bawah mimbar Umar, saat itu beliau sedang menyampaikan khutbah kepada manusia. Ia berkata dalam khutbahnya, Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesungguhnya, perkara yang sangat aku takutkan atas ummat ini adalah orang munafik yang lihai bersilat lidah’.” [HR Ahmad]
Sikap kontroversial yang dimaksudkan untuk membuat kegaduhan ditengah ummat yang kemudian membuat ummat saling bertikai dan bercerai berai adalah tindakan yang sangat dibenci oleh Nabi yang diidentikkan dengan perilaku syetan yang putus asa. Sikap demikian dikenal dengan istilah tahrisy. Sebagaimana dalam sabdanya :
إِنَّ الشَّيْطَانَ قد أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ في جَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَلَكِنْ في التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ
“Sesungguhnya setan telah putus asa membuat orang-orang yang shalat menyembahnya di Jazirah Arab. Namun setan masih bisa melakukan tahrisy di antara mereka” (HR. Muslim no. 2812).
Menurut Ibnu Katsir tahrisy termasuk dalam namimah. Yaitu tindakan adu domba yang membuat orang lain bercerai berai karena sebab pertikaian yang diciptakannya. Sikap ini adalah perbuatan terlarang yang diharamkan dan dijauhkan dari rahmad Allah swt dan terhalang masuk sorga. Ibnu Katsir mengatakan :
النميمة على قسمين: تارة تكون على وجه التحريش بين الناس وتفريق قلوب المؤمنين فهذا حرام متفق عليه
“Namimah ada dua macam: terkadang berupa tahrisy (provokasi) antara orang-orang dan mencerai-beraikan hati kaum Mu’minin. Maka ini hukumnya haram secara sepakat ulama” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/371).
Untuk itu, jauhilah sikap kontroversi yang dapat membuat kegaduhan di tengah ummat dan pertikaian yang menyebabkan cerai-berainya hati ummat serta lemahnya kekuatan ukhuwah ummat islam karena dosa yang diakibatkan dari tindakan kontroversi ini amatlah besar karena dampaknya bagi ummat dan agama. Karena itulah, setiap kita khususnya para tokoh ummat perlu bijaksana dalam memproduksi pesan yang akan dikonsumsi ummat dengan mempertimbangkan terlebih dahulu dampaknya, sekiranya dapat menimbulkan kegaduhan di tengah ummat maka lebih baik diam, hal itu tentu lebih baik dan menyelamatkan bagi diri dan ummat ini.
Semoga Allah swt menyelamatkan ummat ini dari perpecahan akibat sikap kontroversi para tokohnya. Dan semoga Allah swt membimbing ummat ini ke jalan yang diridhoiNya. Aamiiin…
KH. Akhmad Muwafik Saleh dosen FISIP UB, penulis produktif, pengasuh pondok pesantren mahasiswa Tanwir al Afkar