KANAL24, Jakarta – Di tengah Pandemi covid-19 kinerja industri batik nasional justru mengalami peningkatan khususnya dari sisi capaian ekspor. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat ekspor produk batik nasional pada semester I 2020 menjadi USD21,6 juta, lebih baik dari capaian semester I 2019 sebesar USD17,99 juta.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan pasar utama ekspor produk turunan dari industri tekstil dan produk tekstil (TPT) ini adalah ke Eropa, Amerika Serikat (AS) dan ke Jepang.
“Ini salah satu fenomenayang unik karena pasar ekspornya meningkat di masa pandemi, maka usaha membuka pasar baru diharapkan bisa menggairahkan kinerja batik Indonesia. Apalagi industri batik ini punya daya ungkit yang besar dalam menciptakan nilai tambah, besaran investasi, serapan tenaga kerja hingga percepatan penetrasi pasar,” ujar Agus Gumiwang dalam peringatan Hari Batik Nasional secara daring, Jumat (2/10/2020).
Agus menjanjikan pemerintah berkomitmen untuk terus menggenjot kinerja usaha batik nasional yang rata-rata dikerjakan oleh industri kecil menengah (IKM).Saat ini industri batik nasional mencapai 47.000 unit yang tersebar di 101 sentra dengan menyerap tenaga kerja hingga 200.000 orang.
Sebagai produk yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya pada 2009, produk batik nasional juga memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif di pasar domestik maupun internasional. Kendatii demikan, industri batik nasional terancam oleh persaingan produk batik palsu atau tiruan dari luar negeri. Oleh sebab itu perlu ada upaya pencegahan dengan tetap mengedepankan aspek kualitas dan keaslian produk batik nasional.
“Beberapa negara di dunia berusaha membajak batik sebagai warisan budayanya, mereka mendorong produksi yang masif dengan menggunakan mesin sehingga membanjiri pasardunia dan sayangnya bisa masuk di pasar Indonesia. Ini kita harus hati – hati dan waspada sebab ini bagian destruktif industri yang harus kita cermati khususnya yang berkaitan dengan budaya bangsa,” sambungnya.
Untuk menangkal banjirnya produk batik tiruan impor, pemerintah akan terus melakukan edukasi untuk mengenali produk batik yang asli. Pemerintahjuga mendorong agar industri batik dalam negeri agar menyelaraskan produknya dengan memanfaatkan kemajuan teknologi agarbisa lebih kompetitif dan menciptakan efisiensi.
“Ini perlu menjadi perhatian, sebab cepat atau lambat perubahan dengan menggunakan teknologi akan terjadi juga di industri batik,” ujar Agus Gumiwang.(sdk)