KANAL24, Malang – Di tengah momentum Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang akan digelar pada 27 November 2024 mendatang, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) mengadakan Dialog Terbuka Calon Wali Kota Malang di Gedung Widyaloka UB, Senin (21/10/2024).
Sayangnya, dari tiga pasangan calon yang diundang, hanya calon walikota nomor urut 2, Heri Cahyono, yang hadir, sementara calon wakil wali kota, Ganis Rumpoko, berhalangan hadir. Paslon nomor 1, Wahyu Hidayat-Ali Muthohirin, dan paslon nomor 3, Abah Anton-Dimyati Ayatulloh, juga tidak hadir.
Dalam dialog tersebut, Heri Cahyono memaparkan sembilan program unggulan yang akan dijalankannya jika terpilih. Program-program tersebut meliputi Kota Pintar dan Lestari, Dokter Mlebu Kampung, Kuliah Gratis, Males Macet – Wegah Banjir, Curhat Langsung, Puskesmas Mental, Gampang Kerjoan, Usaha Lancar Jaya, dan Jaring Sosial.
“Tentu ini adalah 9 Program Sing Anyar yang keluar karena permasalahan di tengah masyarakat Kota Malang,” ujar Heri, yang akrab disapa Sam HC.
Selama dialog, Heri juga menanggapi berbagai pertanyaan dari mahasiswa terkait sejumlah permasalahan di Kota Malang, seperti tata ruang, lingkungan, banjir, kemacetan, dan pendidikan. Ia menyoroti masalah tata ruang dan lingkungan, terutama berkurangnya ruang terbuka hijau di Kota Malang, yang menurutnya harus difungsikan sebagai area resapan air saat hujan.
Terkait kemacetan, Heri menilai bahwa keberadaan angkutan kota (angkot) yang semakin berkurang dan kurang diperhatikan oleh pemerintah menjadi salah satu faktor meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi di kalangan mahasiswa dan masyarakat. Ia mengusulkan perlunya penelitian lebih lanjut untuk menemukan solusi terbaik dalam mengatasi kemacetan di Kota Malang.
Heri Cahyono juga menyinggung isu pendidikan yang menurutnya memerlukan perhatian serius. Ia menyoroti rendahnya akses warga lokal terhadap pendidikan tinggi, meski Kota Malang dikenal sebagai kota pendidikan dengan banyaknya perguruan tinggi. Hal ini, menurutnya, menjadi tantangan yang harus diatasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di wilayah tersebut.
“Cukup memprihatinkan, dari 53 perguruan tinggi yang ada di Malang, hanya 15 persen warga Kota Malang yang mampu melanjutkan kuliah. Karena itu, program Kuliah Gratis menjadi salah satu program unggulan yang saya tawarkan,” tegasnya.
Pada acara ini Presiden BEM FISIP UB, Muhammad Rafi Haykal, menegaskan bahwa acara ini sejak awal dirancang sebagai dialog publik yang netral dan tidak berpihak kepada salah satu calon. Ia berharap agar seluruh pasangan calon dapat hadir dalam dialog-dialog serupa di masa mendatang, khususnya di kampus-kampus yang merupakan tempat bagi diskusi intelektual.
“Saya berharap para calon bisa hadir di instansi intelektual seperti kampus, sehingga mereka dapat diuji secara langsung melalui diskusi dengan mahasiswa. Dari situ, kita bisa melihat kualitas intelektual setiap calon,” kata Rafi.(haq)