Kanal24, Malang – Strategis peningkatan produksi ternak sapi peranakan Limousin terus menjadi fokus penelitian akademik di Indonesia. Salah satu upaya tersebut ditunjukkan dalam Ujian Terbuka Program Doktor Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB) yang digelar pada Senin (16/06/2025), dengan promofendus Poespitasari Hazanah Ndaru memaparkan hasil disertasinya berjudul “Strategis Pemanfaatan Umbi dan Daun Ketela Pohon (Manihot esculenta Crantz) untuk Meningkatkan Produksi Sapi Peranakan Limousin.”
Dalam paparannya, Poespitasari mengungkapkan bahwa penggunaan silase dari umbi dan daun ketela pohon sebagai pakan ternak terbukti mampu meningkatkan bobot badan sapi hingga 1,5 kg per ekor per hari. Inovasi ini tidak hanya berdampak pada peningkatan produktivitas ternak, tetapi juga signifikan dalam meningkatkan efisiensi biaya bagi peternak.
Baca juga:
Koleksi Burung Puter Fapet UB Bertambah

“Pakan ini merupakan temuan yang dapat meningkatkan produksi sapi Limousin sekaligus pendapatan peternak. Bahan bakunya berbasis lokal, mudah ditemui, dan murah dibandingkan konsentrat pabrikan yang mahal,” ujar Poespitasari di hadapan para penguji.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa ketela pohon yang digunakan dalam penelitian ini diolah menjadi bentuk silase, yaitu metode pengawetan hijauan pakan ternak yang memungkinkan bahan tersebut disimpan hingga enam bulan. Dengan demikian, peternak dapat menjaga ketersediaan pakan sepanjang musim, terutama saat musim kemarau.
Ko-Promotor 1, Prof. Dr. Ir. Ifar Subagyo, M.Agr.St, memberikan apresiasi terhadap inovasi ini. Ia menilai bahwa metode yang ditawarkan sangat praktis dan dapat langsung diaplikasikan oleh para peternak di lapangan.
“Inovasinya sangat sederhana dan ekonomis, mudah ditiru. Silase dari ketela pohon ini bisa menjadi sumber energi dan protein yang seimbang. Ini contoh nyata teknologi tepat guna yang aplikatif,” jelas Prof. Ifar.
Poespitasari juga menjelaskan bahwa keunggulan dari silase ketela pohon bukan hanya pada kandungan nutrisinya yang lengkap — energi dari umbinya dan protein dari daunnya — tetapi juga pada potensi integrasinya dalam sistem peternakan terpadu. Menurutnya, pengembangan integrasi antara tanaman ketela pohon dan sapi potong akan menjadi model berkelanjutan dalam sistem peternakan di masa depan.
Penelitian ini sangat relevan dengan kondisi peternakan di Jawa Timur, wilayah yang dikenal sebagai salah satu lumbung ternak nasional. Dengan ketersediaan lahan dan tanaman ketela pohon yang melimpah, inovasi silase ini dinilai sangat potensial untuk diproduksi secara massal baik untuk skala kecil maupun besar.
Baca juga:
Prodi Baru Fapet UB: Industri Peternakan Cerdas Buka 50 Kursi SNBT 2025
Sebagai penutup, Poespitasari menyampaikan komitmennya untuk melanjutkan penelitian ini hingga ke tahap implementasi di lapangan.
“Kedepannya, saya akan fokus mengembangkan integrasi tanaman ketela pohon untuk meningkatkan produksi sapi, tidak hanya Limousin tapi juga jenis lokal lainnya. Inovasi ini untuk mendukung swasembada daging nasional,” tutupnya.
Ujian terbuka ini menjadi salah satu contoh nyata bagaimana hasil penelitian di dunia akademik dapat memberikan solusi praktis bagi sektor peternakan, khususnya dalam mendorong produktivitas dan efisiensi biaya di kalangan peternak rakyat. (nid/pug)