Kanal24, Malang – Leptospirosis, atau yang sering disebut juga sebagai penyakit kencing tikus, merupakan penyakit infeksi bakteri yang bisa menyerang manusia dan hewan. Merupakan salah satu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri leptospira. Di Indonesia, bakteri ini banyak ditemukan serta memiliki banyak varian jenisnya.
dr. Dewi Indiastari, Sp.PD, Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUB – RSUD Dr, Saiful Anwar Malang menjelaskan bahwa penyakit leptospirosis biasa menular melalui hewan hewan liar. Bakteri ini biasa ditemukan pada hewan pengerat terutama jenis tikus.
“Proses penularan leptospirosis pada manusia terjadi melalui kontak langsung dengan cairan, tanah, atau makanan yang telah terkontaminasi oleh urine hewan pembawa bakteri leptospira,” ujar dr. Dewi.
Ia melanjutkan bahwa penyakit ini dapat menular dengan mudah dan bahkan tanpa disengaja, penderita penyakit ini memiliki beberapa gejala yang tidak menentu. Beberapa orang mengalami dengan tanpa gejala dan bahkan mengalami gejala berat.
Gejala awal leptospirosis mirip dengan flu, seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, tampak merah pada selaput mata. Selain itu, juga terdapat mual, muntah, kulit beruam, kulit menguning, dan bahkan diare. Pada kasus yang lebih parah, bisa terjadi gangguan fungsi hati dan ginjal, serta perdarahan internal yang mengancam jiwa.
Leptospirosis umumnya ditularkan melalui kontak langsung dengan air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi oleh urin hewan yang terinfeksi. Seringkali bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka terbuka pada kulit, atau melalui membran mukosa, seperti mata, hidung, atau mulut, yang terkena air atau tanah yang terkontaminasi. Bakteri Leptospira masuk ke dalam tubuh, kemudian menyebar melalui aliran darah ke berbagai organ, terutama hati, ginjal, dan sistem saraf.
“Kita dapat melakukan pencegahan masuknya bakteri ke dalam tubuh, terutama pada orang-orang yang berpotensi terkontaminasi oleh urin binatang. Salah satu caranya adalah dengan menjaga kebersihan tubuh,” ucapnya.
Langkah-langkah pencegahan lain adalah dengan menghindari cairan yang berpotensi terkontaminasi oleh bakteri, menggunakan perlengkapan pelindung seperti sepatu tertutup,sarung tangan, dan kacamata pelindung ketika bekerja di area yang berisiko.
Pada beberapa kasus penyakit leptospirosis ringan atau tanpa gejala dapat sembuh dengan sendirinya. Namun pada kasus yang lebih berat, penderita memerlukan bantuan dokter untuk melakukan perawatan, seperti meminum antibiotik sesuai anjuran dokter, dan pada gejala berat penderita memerlukan proses cuci darah karena penyakit ini bisa menyebabkan gangguan ginjal akut.
“Apabila telah dilakukan pengobatan dengan tepat, penyakit ini dapat sembuh dengan sempurna,” ujar dr. Dewi.
Ia menambahkan bahwa kita dapat melakukan pencegahan secara dini terutama ketika kita hendak melakukan kegiatan yang berisiko tinggi tertular oleh bakteri penyakit leptospirosis dengan cara memberikan perlindungan ekstra terhadap potensi tempat masuknya kuman ke tubuh kita. Selain itu mencuci tangan dan pakaian dengan baik dapat membantu mengurangi potensi terjangkitnya penyakit leptospirosis. (fan)