Kanal24, Trenggalek – Konservasi penyu telah menjadi perhatian global, mengingat peran pentingnya dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Di Indonesia, Pantai Taman Kili-Kili di Kabupaten Trenggalek menjadi salah satu kawasan vital bagi kelangsungan hidup penyu.
Sebagai satu-satunya tempat penyu bertelur di kawasan tersebut, pantai ini telah menjadi pusat konservasi yang menarik perhatian berbagai kalangan, mulai dari masyarakat, pemerintah, hingga akademisi. Kolaborasi antara berbagai pihak ini tidak hanya bertujuan untuk melindungi penyu, tetapi juga untuk mengembangkan ekowisata yang berkelanjutan di wilayah tersebut.
Sejak tahun 2010, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Trenggalek bersama Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, dengan dukungan tokoh konservasi Ir. Sukandar, MP (Cak Kandar), telah melakukan pendampingan kepada kelompok masyarakat untuk menjalankan program konservasi penyu.
“Konservasi penyu sangat penting dilakukan oleh masyarakat untuk menjaga keberlangsungan hidup biota laut sekaligus memberikan manfaat ekonomi melalui kegiatan ekowisata,” ujar Cak Kandar.
Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS), yang dibentuk DKP Trenggalek pada tahun 2011, telah melakukan berbagai kegiatan konservasi seperti perlindungan penyu, penyelamatan dan penetasan telur, hingga pelepasan tukik. Selain itu, mereka juga aktif dalam penanaman vegetasi pantai seperti cemara laut dan katang-katang, serta mengembangkan wisata edukasi bagi pengunjung. “Kami tidak hanya berfokus pada pelestarian penyu, tetapi juga berusaha memberikan edukasi dan pengalaman unik bagi pengunjung,” tambah Cak Kandar.
Pantai Taman Kili-Kili semakin dikenal sebagai destinasi wisata yang edukatif dan menyenangkan. Wisatawan tidak hanya bisa menyaksikan penyu bertelur dan melepas tukik ke laut, tetapi juga menikmati kopi lokal di gazebo pinggir pantai. Warung kopi yang dikelola oleh masyarakat setempat menawarkan berbagai jenis kopi khas seperti robusta dan arabika, yang disajikan dengan keahlian barista.
Dalam rangka mendukung pengembangan ekowisata ini, Program Doktor Mengabdi Universitas Brawijaya, yang dipimpin oleh Dr. Ir. Gatut Bintoro, M.Sc, memberikan pelatihan keterampilan barista kepada pengelola warung kopi.
“Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik wisata dan memberikan nilai tambah bagi pengunjung yang datang ke konservasi penyu,” ungkap Dr. Gatut.
Kegiatan konservasi di Pantai Taman Kili-Kili juga mendapat dukungan dari dua Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Prof. Anik Martinah Hariati, dan Prof. Dewa Gede Raka Wiadnya. Kedua guru besar tersebut terlibat langsung dalam program adopsi tukik, dengan masing-masing mengadopsi 150 ekor tukik dari jenis Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea).
“Melalui adopsi tukik ini, kami berharap dapat berkontribusi lebih dalam upaya pelestarian penyu,” ujar Prof. Anik saat menerima sertifikat adopsi dari POKMASWAS.
Setelah pelepasan tukik, kedua guru besar menikmati kopi barista yang disajikan di gazebo pantai. “Saya merasa lega dan puas bisa terlibat langsung dalam kegiatan konservasi ini, sambil menikmati kopi yang enak dan pemandangan pantai yang indah,” kata Prof. Gede dengan senyum lebar.
POKMASWAS berharap dapat terus mengembangkan ekowisata di Pantai Taman Kili-Kili, termasuk menjamu Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, dan Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D., dalam acara pelepasan tukik berikutnya. Dengan dukungan dari berbagai pihak, Pantai Taman Kili-Kili diharapkan dapat terus menjadi destinasi wisata yang menarik dan berdaya saing, sekaligus menjadi simbol keberhasilan konservasi penyu di Indonesia.(din)