Kanal24, Malang – Dr. Ni Luh Putu H.M., SpA(K), M.Biomed, seorang Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Universitas Brawijaya (UB) menyampaikan materi tentang pentingnya perkembangan otak anak serta optimalisasi tumbuh kembang anak sejak dini pada seminar bertajuk “Parenting by Connection” di Lantai 6 Gedung Rektorat UB. Seminar ini digelar oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kantor Pusat Universitas Brawijaya (UB).
Dr. Ni Luh menjelaskan bahwa perkembangan otak anak sudah dimulai sejak pembuahan, bukan hanya setelah kelahiran. “Pertumbuhan dan perkembangan otak anak dimulai sejak saat pembuahan, dan proses ini berlanjut hingga masa kanak-kanak. Proses-proses ini meliputi pembentukan dan pembelahan sel, hingga terbentuknya sinap atau hubungan antar sel yang mempengaruhi fungsi otak,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa pada bayi baru lahir, sel-sel otak sudah terbentuk, namun hubungan antar sel masih sedikit. “Proses sinaptogenesis atau pembentukan sinaps terjadi optimal menjelang akhir kehamilan hingga usia dua tahun. Proses ini sangat dipengaruhi oleh stimulasi dan nutrisi yang diberikan,” tambah Dr. Ni Luh.
Baca juga : DWP UB Gelar Seminar Parenting Kendalikan Penggunaan Gadget Anak
Dr. Ni Luh menjelaskan pentingnya memberikan nutrisi yang tepat kepada ibu hamil untuk mendukung perkembangan otak anak. “Nutrisi yang baik harus dimulai sejak kehamilan, dengan memberikan asupan yang berkualitas. Setelah lahir, bayi memerlukan ASI eksklusif selama enam bulan, dilanjutkan dengan MPASI dan ASI hingga usia dua tahun atau lebih,” katanya.
Selain nutrisi, stimulasi juga memegang peranan penting dalam perkembangan otak anak. Dr. Ni Luh mencontohkan berbagai bentuk stimulasi yang bisa diberikan sejak dalam kandungan, seperti mendengarkan musik atau ayat-ayat suci. “Stimulasi yang diberikan sejak dini, baik saat hamil maupun setelah bayi lahir, sangat berpengaruh pada perkembangan otak anak,” jelasnya.
Dalam seminar ini, Dr. Ni Luh juga menekankan pentingnya peran orang tua dan lingkungan rumah dalam memberikan stimulasi yang optimal. “Stimulasi yang efektif lebih baik dilakukan di lingkungan rumah oleh orang-orang terdekat. Orang tua harus aktif memberikan stimulasi melalui berbagai aktivitas sehari-hari,” katanya.
Ia juga mengingatkan bahwa pemberian nutrisi yang tepat harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. “MPASI diberikan mulai usia enam bulan dengan menu yang lengkap, meliputi protein hewani, protein nabati, sayur, buah, dan lemak. Pemberian makanan juga harus memperhatikan kesiapan bayi, seperti kontrol kepala dan minat untuk makan,” tambah Dr. Ni Luh.
Dr. Ni Luh menjelaskan pentingnya memperhatikan kesiapan individu bayi dalam menerima makanan. “Setiap bayi memiliki kesiapan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kita harus melihat tanda-tanda kesiapan seperti kontrol kepala, minat untuk makan, dan rasa lapar setelah diberikan MPASI,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa menu MPASI harus lengkap dan seimbang. “Menu MPASI harus terdiri dari protein hewani, protein nabati, sayur, buah, dan lemak. Tekstur makanan harus disesuaikan dengan tahap perkembangan bayi, dimulai dari tim saring, tim cincang, hingga makanan keluarga,” jelas Dr. Ni Luh.
Dr. Ni Luh menggarisbawahi pentingnya asupan nutrisi yang tepat sejak masa kehamilan hingga pasca-kelahiran, serta pemberian ASI eksklusif dan MPASI yang sesuai tahap perkembangan anak. Selain itu, stimulasi sejak dalam kandungan melalui lingkungan yang kondusif dan aktivitas interaktif di rumah sangat penting untuk mendukung sinaptogenesis. Dengan pemahaman ini, diharapkan orang tua dapat lebih aktif dalam memberikan nutrisi yang berkualitas dan stimulasi yang optimal, sehingga mendukung perkembangan otak dan tumbuh kembang anak secara maksimal. (nid)