KANAL24, Malang – Desa Pelem di Ponorogo Selatan merupakan kawasan yang berada di kaki perbukitan dengan potensi pertanian lahan kering yang sebagian besar lahannya mengandalkan air hujan untuk irigasi. Memiliki Luas wilayah Desa Pelem adalah 692 ha yang terdiri dari lahan pertanian berupa sawah tadah hujan 118 ha, tanah tegalan 75 ha, tanah perhutani 412 ha ( yang 40 % nya ditanami masyarakat) dan sisanya adalah tanah pekarangan.
Masyarakat Desa Pelem memiliki permasalahan klasik terkait kebutuhan air bersih dan air irigasi. Kehidupan masyarakat sebagian besar bertumpu pada hasil pertanian lahan kering yang selama ini mengandalkan air tadah hujan, dan ironisnya di musim kemarau selalu kesulitan mengolah lahan karena ketiadaan air irigasi. Ketersediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan ternak juga terbatas.
Melihat kenyataan tersebut LPPM Universitas Brawijaya telah mengirimkan tim dosen UB untuk membantu Pemerintah Desa Pelem dalam mengatasi keterbatasan dan kesulitan yang selama ini mereka hadapi melalui Program Doktor Mengabdi tahun 2021.
Tim Doktor Mengabdi Universitas Brawijaya ini dikomandani oleh Dr. Sugiarto dari Fakultas Teknik yang didampingi oleh beberapa dosen yang memiliki beberapa keahlian seperti Dr. Runi Asmaranto ahli geologi dan air tanah, Mangku Purnomo PhD., pakar Pertanian komunal, ahli bidang pemetaan Subhan Ramdlani, MT. dan Ibnu Sam Widodo, SH. MH. yang memiliki keahlian dalam penyusunan produk hukum.
“Salah satu program kegiatan yang telah dilakukan adalah memetakan potensi air tanah atau air dalam di wilayah Desa Pelem,” kata Sugiarto, Minggu (10/10/2021).
Kegiatan ini dikoordinir oleh Dr. Runi Asmaranto. Tim DM telah melaksanakan pemetaan air tanah pada tanggal 11 sampai 13 September 2021. Proses pemetaan menggunakan alat uji geolistrik ADTM dengan metode VES (vertical electrical sounding) konfigurasi Schlumberger. Ada 12 (dua belas) titik lokasi yang telah diuji dengan potensi air tanah yang berbeda beda.
“Dari 12 titik lokasi ini nantinya akan disusun secara berurutan berdasarkan titik paling potensial untuk dilakukan pengeboran. Dasar pertimbangannya adalah potensi sumber air, kondisi geologi, tingkat kebutuhan mendesak dan prasarana pendukung seperti sumber listrik, yang selanjutnya akan disampaikan kepada Pemerintah Desa sebagai bahan pertimbangan,” jelas Sugiarto.
Menurut Dr. Runi uji geolistrik yang dilakukan ini di Desa Pelem ini nanti akan memberikan gambaran potensi sumber air tanah pada kedalaman tertentu dan kondisi lapisan tanah yang akan dibor apakah berpotensi menembus lapisan batuan yang keras ataukah tidak, atau mengetahui kedalaman lapisan akuifer dan ketebalannya serta lapisan batuan yang dilalui untuk ditembus mencapai akuifer.
Alat uji geolistrik yang digunakan saat ini telah dilengkapi program visualisasi yang terkoneksi ke android sehingga kondisi lapisan tanah bisa ditampilkan secara visual melalui layar HP Android.
Berbekal hasil pengujian potensi sumber air tanah di 12 titik ukur yang tersebar di 12 wilayah RT tersebut, Tim DM UB berharap Pemerintah Desa atau masyarakat Pelem dapat memulai melakukan pengeboran akhir musim kemarau di tahun 2021 ini. Apalagi penyediaan air yang cukup pada wilayah perbukitan dan lahan kering melalui pemanfaatan air tanah menjadi salah satu program prioritas di Pemerintah Kabupaten Ponorogo.(sdk)