KANAL24, Malang – Tim Doktor Mengabdi (DM) LPPM Universitas Brawijaya melaksanakan Focused Group Discussion (FGD) Kamis (7/10/2021) di UB Guest House. Mereka adalah Nimas M.S. Sunyoto, Tatiek K. Andajani, Akhmad Muwafik Saleh dan Ibnu Sam Widodo. FGD ini membahas rintisan kerjasama antara Desa Tawangargo Karangploso Kabupaten Malang, UB dan Mitra Corporate Social Responsibility (CSR). FGD ini juga dihadiri oleh tujuh perwakilan Desa Tawangargo yakni Fakih Asori, M. Tawar, Subaweh, Masrukin, Sujito, Adi Mas Setra dan Abdul Wahab serta mitra CSR dari BRI.
“FGD ini bertujuan memetakan potensi pariwisata baik wisata alam, edukasi, agrowisata maupun budaya di enam dusun Desa Tawangargo yaitu Dusun Leban, Lasah, Ngudi, Kalimalang, Suwaluhan dan Boro. FGD sekaligus membahas kendala-kendala yang dihadapi untuk dapat mewujudkan desa wisata impian bersama” kata Nimas Mayang, Ketua Tim DM.
FGD mengungkap beberapa temuan menarik di antaranya, Dusun Boro dan Lasah merupakan dataran tinggi yang memiliki potensi komoditas perkebunan seperti jeruk,kopi dan jambu serta komoditas kehutanan terutama pinus dan kayu. Dusun Leban dan Ngudi yang berada di ketinggian sedang, berperan sebagai produsen hortikultura dan menguasai rantai pasok sayuran di Malang Raya, Surabaya dan Blitar. Adapun Dusun Suwaluhan dan Kalimalang yang merupakan dataran rendah dikenal dengan komoditas unggulan jagung dan padi. Potensi keragaman komoditas pertanian ini menjadi modal utama inisiasi agrowisata.
Selain itu, terdapat dua sumber air di Desa Tawangargo yaitu Sumber Telebung dan Sumbersuko yang terikat secara kultural dengan ritual dawet dusun Lasah. Selain dapat diangkat sebagai potensi wisata kuliner, dawet, minuman tradisional yang diproduksi pada skala industri rumahtangga oleh lebih kurang 100 UMKM ini dapat dikembangkan sebagai klaster UMKM dengan ciri khas lokal.
Desa Tawangargo juga punya potensi ekowisata yaitu di Dusun Boro yang sebagian kawasannya berada di kaki G.Arjuno khususnya koridor 1 UB Forest. Para hikers, bikers dan pehobi motor trail terbilang sering mengambil rute favorit ini. Masyarakat dusun Boro sudah berpengalaman sebagai porter, pemandu wisata dan pengelola rental motor trail. Penguatan networking diharapkan dapat mempercantik kawasan ekowisata Tawangargo.
“Rintisan kemitraan tetrahelix ABCG yakni Academician, Business, Community and Government yang diusung melalui program DM disinergikan dengan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT). Luaran utama DM adalah MOA (Memorandum of Agreement) dengan Desa Tawangargo dan mitra CSR dari BRI,” pungkas Nimas. (Meg)