Kanal24, Malang – Teknologi 3D printing adalah lompatan besar dalam manufaktur. Hal ini disampaikan oleh Dr. Yudhi Ariadi, Teaching Fellow in Engineering Design, School of Engineering, University of Warwick, UK, saat menjadi pemateri Kuliah Tamu Desain untuk 3D Printing di Mini Teater Heuristik, Gedung A, Lantai 2 FILKOM UB, Kamis (18/9/2025).
“3D printing adalah lompatan besar dalam manufaktur karena dari sebuah desain bisa langsung diwujudkan menjadi komponen nyata,” jelasnya.
3D Printing Merubah Paradigma Pendidikan
Dr. Yudhi menjelaskan bahwa teknologi 3D printing mengubah paradigma dalam industri dan pendidikan. Jika sebelumnya pembuatan komponen harus melalui cetakan yang mahal atau program CNC dengan proses panjang, kini desain bisa langsung dicetak secara cepat dan efisien.
Baca juga:
Dies Natalis FT UB 2025: Hadirkan Ganti Oli Gratis

“Bayangkan membuat prototipe mouse. Dulu cetakannya saja sudah sangat mahal, dan proses produksinya membutuhkan mesin besar serta biaya investasi tinggi. Dengan 3D printing, desain digital bisa diwujudkan langsung menjadi produk, layaknya mencetak dokumen atau foto di kertas,” jelasnya.
Motivasinya membagikan materi ini berangkat dari perjalanan karier pribadinya. Sebelum beralih ke akademik, Dr. Yudhi pernah bekerja selama lebih dari satu dekade di PT Astra International. “Setelah pengalaman kerja sekitar sembilan tahun di industri, saya merasa sudah waktunya berbagi. Maka saya memilih menjadi dosen, agar pengalaman ini bisa saya teruskan kepada generasi berikutnya,” ujarnya.
Efisiensi dan Inovasi dalam Produksi
Lebih jauh, ia menekankan bahwa 3D printing membawa banyak keunggulan. Selain menghemat biaya, teknologi ini juga memungkinkan percepatan riset dan pengembangan produk. Proses prototyping yang dulu memakan waktu berbulan-bulan kini bisa dipangkas menjadi hitungan jam atau hari.
Menurut Dr. Yudhi, kehadiran teknologi ini juga mendorong perusahaan untuk lebih fleksibel dalam memenuhi kebutuhan konsumen. “Saat ini banyak permintaan custom product. Dengan 3D printing, industri bisa merespons dengan lebih cepat dan tepat sasaran,” tambahnya.
Multidisiplin sebagai Kunci Kreativitas
Meskipun keilmuannya berakar pada bidang engineering design, Dr. Yudhi menilai mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer memiliki potensi besar untuk mengembangkan 3D printing. Alasannya, teknologi ini membutuhkan kolaborasi lintas disiplin, mulai dari pemrograman, desain, hingga aspek mekanikal.
“Saat ini, sulit sekali membatasi diri hanya pada satu bidang ilmu. Anak mesin mungkin paham mekanikal tapi tidak dengan programming. Sebaliknya, mahasiswa komputer paham algoritma, tapi kurang di mekanikal. Jika masing-masing menambah wawasan di luar bidangnya, hasilnya akan lebih akurat dan bermanfaat,” paparnya.
Dengan pendekatan multidisiplin, mahasiswa dapat lebih siap mengembangkan teknologi kompleks seperti robotika, otomasi, maupun kecerdasan buatan. “Tambahan pengetahuan 3D printing akan sangat membantu mahasiswa FILKOM untuk menghasilkan karya nyata yang inovatif,” jelasnya.
Peluang di UB dan Dunia Industri
Universitas Brawijaya menurutnya sudah memiliki modal penting, yakni fasilitas 3D printer yang dapat digunakan mahasiswa. Dr. Yudhi mendorong agar mahasiswa memanfaatkan sarana ini untuk melatih kreativitas mereka.
“Dengan memiliki akses ke 3D printer, mahasiswa bisa langsung menguji ide. Mereka tidak hanya belajar teori, tetapi juga berkesempatan melihat hasil desainnya dalam bentuk nyata. Inilah yang membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna,” ujarnya.
Baca juga:
Pentingnya Kesadaran Pengguna dalam Web Security
Selain itu, pengalaman memanfaatkan teknologi ini juga akan menjadi bekal kompetitif bagi mahasiswa saat memasuki dunia kerja. Industri saat ini semakin menghargai individu yang tidak hanya menguasai teori, tetapi juga mampu melakukan implementasi praktis.
Bagi Dr. Yudhi, kuliah tamu ini bukan semata berbicara tentang teknologi, tetapi juga tentang motivasi. Ia ingin mahasiswa Indonesia percaya diri bahwa mereka mampu bersaing di kancah global.
“Saya berharap mahasiswa berani keluar dari zona nyaman. Jangan ragu untuk mempelajari hal-hal baru, bahkan jika itu di luar bidang utama. Justru dari sana lahir peluang dan kreativitas,” pungkasnya. (nid/dpa)