Kanal24, Malang – Dosen Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya (UB), Mukhammad Kholid Mawardi, Ph.D mengatakan bahwa level dari entrepreneurship yang ada di Indonesia mulai dari Political change and leadership, Social and cultural endeavours, non profit organization, hingga mengerucut menjadi Profit-making venture. Keempat hal tersebut disampaikan saat ia menjadi pembicara dengan tema Business Model and Start-Up in the Indonesian Context.
M. Kholid Mawardi menjelaskan topik dalam Webinar Series: Summer Course dengan tema “Startup 101: From Ideation to Fundraising and Supporting Policies” yang digelar oleh FIA UB berkolaborasi dengan College of Business and Management Tarlac Agricultural University pada hari Senin hingga Kamis (15-18/05/2023).
Tangkap Layar Bisnis Model yang diterangkan oleh Mukhammad Kholid Mawardi (Nid/Kanal24)
“Ada empat karakteristik utama untuk Indonesia sebagai negara berkembang dan ini tentu menjadi tantangan bagi Indonesia untuk memperbaikinya,” kata Kholid Mawardi.
Empat karakteristik dari Indonesia sebagai negara berkemban tersebut adalah Indonesia memiliki pengangguran tingkat tinggi, pemasukan per kapita rendah, kemiskinan dan kejahatan, serta akses terbatas dari pelayanan pendidikan, sosial, dan kesehatan. Menurut Mawardi, pendekatan non konvensional diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut.
Menurut Mawardi, saat ini juga sudah disadari tentang Kewirausahaan Sosial yang menjadi pendekatan tidak konvensional untuk masalah sosial. Karena menurutnya, pendekatan baru untuk masalah sosial dengan menerapkan ide yang cukup akan menciptakan manfaat sosial. Salah satunya, dengan menghasilkan hal-hal sosial sehingga mereka percaya bahwa perubahan sosial dapat dibuat atau dapat dikontribusikan dengan menjadi pengusaha.
Aspek kedua adalah dengan melakukan pendekatan baru untuk masalah sosial, seperti halnya orang-orang ekstrim, masyarakat memerlukan pendekatan alternatif untuk menyelesaikan masalah sosial dengan menggunakan ide unik yang menciptakan manfaat sosial.Bisnis model yang dijelaskan oleh Mawardi mengalami transformasi dari Bisnis Konvensional menjadi Bisnis Sosial.
Bisnis model memiliki sumber kunci, struktur biaya, mitra kunci, aktivitas kunci, proporsi nilai, hubungan pelanggan, segmen pelanggan, aliran pendapatan, dan saluran.
Dosen Administrasi Bisnis FIA UB ini mencontohkan projek kewirausahaan sosial, yang bisa disebut sebagai objek wisata, yakni “Kampung Warna-Warni” yang ada di Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia.
Kota Malang merupakan daerah perkotaan terbesar kedua di Jawa Timur, Indonesia. Selain itu, juga dikenal sebagai kota pariwisata dan pendidikan dengan 37 universitas. Namun, kota Malang juga memiliki daerah kecil yang kumuh, dikarakteristikan dengan standar hidup yang rendah, dinilai memiliki kejahatan tinggi, terpinggirkan dan terisolasi, akses terbatas dari pelayanan pendidikan dan kesehatan. Dan “Kampung Warna-Warni” adalah transformasi dari area tersebut yang diinisiasi oleh mahasiswa universitas.
Segmen pelanggan yang diambil untuk mengunjungi “Kampung Warna-Warni” adalah kelompok lokal, wisatawan lokal dan internasional. Proporsi nilai yang diangkat adalah mengembangkan ekonomi lokal, memberdayakan masyarakat, mengubah kebiasaan dan psikologi masyarakat, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kewirausahaan lokal. Serta menambah saluran seperti jaringan sosial, kapital sosial, dan anggota komunitas juga media sosial.
“Aliran pendapatan didapatkan dari pendapatan potensial dari daya tarik wisatawan, seperti tiket masuk, makanan dan minuman, souvenir, biaya guide, biaya parkir. Kedua, hibah nasional dan internasional. Serta mendapatkan dukungan dari pemerintah,” terang Mawardi. (nid)