Kanal24, Malang – Tim Dosen Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan (MSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Universitas Brawijaya (UB) melakukan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) di Desa Sumber Brantas, Kota Malang. PkM diisi dengan “Sosialisasi Mengolah Sampah hasil Aktivitasnya sebagai Upaya Konservasi Sungai di Wilayah Hulu”.
Sosialisasi tersebut bertujuan untuk memberi masukan kepada masyarakat Desa Sumber Brantas RW 04 dan 05 yang berada di bagian hulu sungai dan tinggal di tepi sungai.
Sungai Brantas adalah sebuah sungai yang mengalir di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Sungai Brantas adalah sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo. Sungai Brantas berhulu di kaki Gunung Arjuno, tepatnya Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Menurut Yetti et al. (2011), hulu Sungai Brantas saat ini juga mengalami pencemaran. Berdasarkan Perkembangan penduduk di kawasan DAS Brantas bagian hulu telah mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak tahun 2000. Peningkatan jumlah penduduk di sekitar DAS Brantas dapat mengakibatkan peningkatan pencemaran terutama sampah.
Apabila terjadi kerusakan di bagian hulu Sungai, maka Sungai bagian hilir juga akan terganggu. Masalah utama dari kerusakan Sungai ini adalah masuknya sampah ke badan Sungai. Dalam kegiatan pengabdian masyarakat kali ini lebih ditekankan kepada pengelolaan sampah hasil dari aktivitas Masyarakat setempat.
Menurut penjelasan warga, secara periodik Sungai di sekitar mereka memang telah dilakukan pembersihan, tetapi kesadaran Masyarakat untuk tidak membuang sampahnya ke Sungai masih perlu ditingkatkan lagi. Masyarakat merasa lebih mudah untuk membuang sampahnya ke Sungai, meskipun telah dilakukan peringatan melalui kegiatan PKK dan kegiatan Masyarakat lainnya. Tetapi kenyataannya secara sembunyi-sembunyi mereka dengan mudah memasukkan sampahnya ke Sungai.
Penyebab turunnya kualitas air sungai di kawasan DAS Brantas bagian hulu di Malang disebabkan oleh sampah organik dan sampah anorganik (plastik). Saat ini kondisi air sudah banyak tercemar mikroplastik yang mengindikasikan banyaknya sampah plastik yang terdegradasi di wilayah hulu. Persoalan utama adalah sampah popok bayi maupun dewasa (pampers) yang menurut masyarakat belum bisa dikelola dengan baik. Serta pembuangan pembalut sisa yang digunakan oleh Perempuan dewasa “aktif”.
Maka, solusi yang diberikan oleh Tim PkM Dosen Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan FPIK UB adalah untuk popok (pempers) sebaiknya di keluarkan isi (gel) nya, kertas beserta kotorannya dipendam didalam tanah, plastiknya dibersihkan dan ditampung sebagai plastik daur ulang, pembalut wanita demikian juga, kotoran dan isi serta kertasnya sebaiknya dipendam dalam tanah dan plastiknya digunakan sebagai bahan daur ulang, dan sampah organik seluruhnya dipendam dalam tanah dan sampah anorganik yang memungkinkan daur ulang ditampung sebagai bahan daur ulang.