Oleh : Akhmad Muwafik Saleh*
Aku lihat bulan puasa Ramadhan sedang berkemas-kemas, aku bertanya: “Mau kemana engkau?” Dg lembut dia menjawab: “Aku akan pergi jauh selama 11 bulan, tolong sampaikan salamku kpd kaum Mukminin wal Mukminat , terima kasihku yang telah menyambutku dg ikhlas berpuasa, menahan nafsu, menghiasi malam2ku dg tarawih, tadarus & ‘itikaf, sampaikan kpd mereka, klu mereka merindukanku, Insya Allah aku akan datang lagi tahun depan, tapi kalau mereka sudah berpulang ke Rahmatulloh, akan aku tunggu di surga lewat pintu Ar Royyan “.
Kataku :” Terima kasih Ramadhan, aku tunggu kedatanganmu lagi di tahun depan” Insya Allah kita bs bertemu lagi.
Bisa jadi ini Ramadhan terakhir bagi kita. Mungkin kita akan berpisah selamanya dg Ramadhan. Semoga Ramadhan kali ini adalah ramadhan terindah yang kita jalani dan menjadi jalan terampuninya dosa.
Terlalu berat rasanya berpisah dengan ramadhan karena terlalu banyak kenangan dan kebaikan yang di dapat selama bersamanya di dalam bulan suci ini. Berpisah dengan Ramadhan melebihi beratnya perpisahan dengan kekasih. Karena Ramadhan telah memberikan jauh lebih banyak kebaikan daripada cinta manusia, sehingga pantaslah disaat akhir Ramadhan, maka langit dan bumi menangis karena kebaikan yang selama ini ditebarkan juga akan segera berakhir. Dalam sebuah riwayat disebutkan
إذَا كَانَ اَخِرُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ بَكَتِ السَّمَوَاتُ وَاْلاَرْضُ وَالْمَلاَئِكَةُ مُصِيْبَةً لِاُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ قِيْلَ اَيُّ مُصِيْبَةٍ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم هِيَ ذَهَابُ رَمَضَانَ لِاَنَّ الدَّعْوَاتِ فِيْهِ مُسْتَجَابَةٌ وَالصَّدَاقَةَ مَقْبُوْلَةٌ وَالْحَسَنَاتِ مُضَاعَفَةٌ، وَاْلعَذَابَ مَدْفُوْعٌ .
“Ketika tiba akhir malam Ramadlan, langit, bumi dan malaikat menangis karena adanya musibah yang menimpa umat nabi Muhammad SAW. (Sahabat) bertanya, “Musibah apakah wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Berpisah dengan bulan Ramadlan, sebab pada bulan ini do’a dikabulkan dan shadaqah diterima. Kebaikan dilipatgandakan dan siksa dihentikan”
Hal senada dengan hadits di atas sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist bahwa pada bulan Ramadhan amal seorang mukmin yang berpuasa dilipatgandakan oleh Allah swt. Sehingga tidak ada satupun kesia-siaan dari amaliyah di bulan Ramadhan kecuali kebaikan yang berlipat. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Muslim)
Saat ini, Ramadhan benar-benar akan pernah dan telah pergi. Entah, apakah diri kita akan menjumpainya nanti di tahun yang akan datang atau tidak. Namun yang pasti bulan Ramadhan yang telah berlalu ini telah memberikan banyak pelajaran pada diri kita tentang bagaimana diri kita dalam memanfaatkan waktu untuk menghasilkan produktifitas dan kebaikan. Apakah di bulan Ramadhan kemaren kita telah benar-benar mengoptimalkan seluruh waktu untuk beribadah kepada Allah. Marilah kita evaluasi diri tentang bagaimana shalat wajib kita kemaren apakah dikerjakan di awal waktu dengan berjamaah atau tidak. Tentang bagaimana kualitas puasa kita, apakah benar telah mampu menahan diri dari ucapan yang sia-sia dan menggunjing orang lain (rofats). Tentang apakah qiyamul lail kita mampu kita jaga secara Istiqomah selama Ramadan yang lalu tentang apakah sedekah kita mampu menghidupkan kepedulian kita kepada orang lain ?. Inilah saatnya bagi kita untuk mengevaluasi atas apa yang telah kita kerjakan dalam sebulan ramadhan yang lalu.
Namun janganlah kepergian ramadhan menjadikan amaliyah-amaliyah yang selama ini telah dilakukan selama bulan ramadhan juga ikut menghilang. Cinta itu harus berbekas. Tanda cinta itu apabila jejak sang kekasih selalu ada dalam hati dan terus dilanjutkan dalam keseharian untuk terus di jalankannya dengan penuh istiqomah. Demikian pula dengan cinta Ramadhan kita, sebulan penuh kita menjalankan ibadah puasa. Di bulan ramadhan kita telah banyak berlatih menahan lapar dan dahaga, disanalah kita belajar tentang kepedulian pada mereka yang papa dan penuh kekurangan.
Di bulan ramadhan pula kita berlatih taqarrub dengan qiyamullail (teraweh), disanalah kita belajar tentang ketangguhan dan semangat bahwa modal berhasil dalam menghadapi beragam ujian dan problematika hidup adalah dengan menerbangkannya setinggi mungkin ke langit dan merendahkan hati dengan penerimaan.
Di Bulan Ramadhan kita juga berlatih melantunkan ayat-ayat cinta melalui qiroatul quran. Disanalah kita belajar tentang kecerdasan bahwa kunci pembuka peradaban dan kemuliaan diri dan bangsa bermula dari membaca (iqra). Di akhir ramadhan kita berlatih berbagi dengan sesama melalui zakat. Disanalah kita belajar tanggungjawab sosial dan kebermanfaatan bagi sesama.
Hari ini, Ramadhan memang telah pergi namun spiritnya harus terus bertahan dalam tindakan keseharian yang akan terus mewarnai langkah kehidupan. Menjejakkan semangat Ramadhan menjadi kebiasaan maka itulah kunci keberhasilan Ramadhan. Selamat tinggal Ramadhan, selamat datang syawal. Inilah saatnya mengimplementasikan nilai-nilai Ramadhan dalam kehidupan nyata. Selamat tinggal Ramadhan semoga kepergianmu membawa serta seluruh dosa-dosa kami sehingga kami mengawali syawal dalam keadaan dosa terampuni. Semoga amaliayh ramadhan kemaren diterima oleh Allah dan mendapatkan ridhoNya.
عن جابر بن عبدالله الأنصاري رضي الله عنه أنه دخل علي رسول الله (ص) في آخر جمعة من رمضان فلما بصر بي قال لي: يا جابر هذه آخر جمعة من شهر رمضان فودعه وقل: اللهم لا تجعله آخر العهد من صيامنا إياه، فإن جعلته فأجعلني مرحوما ولا تجعلني محروما، فإنه من قال ذلك ظفر بإحدي الحسنيين إما بلوغ رمضان ،إما بغفرانه ورحمته
Dari Jabir bin Abdullah al-Anshori radhiyallahu ‘anhu: Rasulullah ﷺ mendatangiku di hari Jumat terakhir di bulan Ramadhan. Ketika dia melihatku, dia berkata kepadaku: “Hai Jabir, ini adalah Jumat terakhir di bulan Ramadhan maka bersiaplah untuk berpisah dengannya dan ucapkanlah: “Ya Allah janganlah kau jadikan bulan Ramadhan ini sebagai Ramadhan terakhir untuk kami berpuasa. Jika pun engkau menjadikannya Ramadhan terakhir, jadikanlah aku orang yang mendapat rahmat-Mu, jangan kau jadikan aku orang yang malang.” Maka orang yang mengucapkan doa tersebut, dia akan mendapatkan salah satu dari dua keuntungan, sampai ke Ramadhan berikutnya, atau mendapat ampunan dan rahmat-Nya.”
Selamat datang syawal, semoga kita dapat mengawalinya dalam keadaan terbaik dengan penuh semangat ramadhan. Dan semoga spirit Ramadhan menjadi modal untuk melangkah sukses di sebelas bulan ke depan. Bismillah, Aamiin…(ams)
*)Akhmad Muwafik Saleh, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UB, Pengasuh Ponpes Mahasiswa Tanwir al Afkar Malang