Kanal24, Malang – Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) tahun 202 menggandeng UB Forest dan Pemerintah Desa Donowarih dalam membentuk Kelompok Tani Hutan (KTH) BRAWIJAYA 01 secara partisipatif.
Program ini resmi dimulai pada (18/7/2025) dan berlokasi di wilayah administratif Desa Donowarih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, yang sekaligus merupakan kawasan hutan lindung UB Forest.
Sinergi Tiga Pihak: Mahasiswa, UB Forest, dan Pemerintah Desa
Dipandu oleh dosen pembimbing lapang Rifqi Rahmat Hidayatullah, S.Hut., M.Si., program ini mengusung pendekatan kolaboratif sebagai solusi terhadap tantangan pengelolaan hutan pendidikan. Tiga unsur utama—mahasiswa KKN, pengelola UB Forest, dan aparat Pemerintah Desa Donowarih—menjalin sinergi bersama para petani pesanggem dalam menyusun sistem pengelolaan hutan yang lebih adil, lestari, dan berbasis masyarakat.
Baca juga:
MMD UB Kenalkan Seni Rupa Lewat Tanah Liat
“Kolaborasi ini sangat penting mengingat lahan garapan masyarakat berada di kawasan hutan lindung UB Forest. Maka, kehadiran KTH yang terbentuk dari proses musyawarah partisipatif akan menjadi wadah yang sah, adil, dan berpihak pada keseimbangan antara konservasi dan kesejahteraan,” ujar Rifqi.
Musyawarah Partisipatif dan Identifikasi Masalah Langsung
Sebelum pembentukan KTH BRAWIJAYA 01, tim KKN melakukan wawancara mendalam dengan perangkat desa dan petani pesanggem. Proses ini menggali berbagai persoalan di lapangan, mulai dari hak akses lahan, jenis tanaman yang bisa dikembangkan, hingga keraguan terhadap legalitas pengelolaan hutan.
Dialog intensif tersebut kemudian dirumuskan dalam forum musyawarah besar pada 13 Juni 2025. Dalam forum tersebut, para petani secara aktif dilibatkan dalam pemetaan masalah, penyusunan solusi, pembentukan struktur organisasi KTH, serta penegasan lokasi lahan garapan.
“Ini bukan sekadar forum seremonial. Kami benar-benar mengajak masyarakat untuk berperan sejak awal. Harapannya, KTH ini benar-benar menjadi milik bersama dan mampu menjadi lokomotif perubahan pengelolaan hutan yang lebih baik,” tambah Rifqi.
Bibit Alpukat, Konservasi, dan Potensi Pendanaan
Sebagai tindak lanjut, tim KKN menyerahkan bibit pohon alpukat unggul sesuai permintaan petani. Beberapa jenis pohon langka dan bambu juga didistribusikan untuk ditanam di lahan garapan sebagai bagian dari program konservasi.
“Ini bukan sekadar penghijauan, tapi juga investasi jangka panjang bagi petani dan keberlanjutan hutan. Pohon alpukat bisa menjadi sumber pendapatan, sementara bambu dan pohon langka memperkuat ekosistem,” jelas Rifqi.
Selanjutnya, UB Forest akan memfasilitasi proses legalisasi KTH dan menyiapkan berbagai program lanjutan. Salah satu peluang besar yang diincar adalah pendanaan dari Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), yang dapat mengakselerasi berbagai program restorasi dan pemberdayaan berbasis masyarakat.
Menuju Model Pengelolaan Hutan Berbasis Komunitas
Melalui program ini, Fakultas Pertanian UB tak hanya memberi pengalaman langsung kepada mahasiswa, tetapi juga menciptakan model kerja sama integratif antara kampus, masyarakat, dan pengelola sumber daya alam.
“Kelompok Tani Hutan BRAWIJAYA 01 adalah cermin dari harapan baru: bahwa hutan bisa lestari tanpa mengabaikan hak hidup masyarakat. Inisiatif ini bisa menjadi contoh nasional dalam pengelolaan hutan berbasis komunitas dan ilmu pengetahuan,” pungkas Rifqi.
Baca juga:
MMD UB Gagas Edukasi Sampah Kreatif Lewat Program EcoCraft
Program KKN ini sejalan dengan target global dalam Sustainable Development Goals (SDGs), terutama poin-poin:
- SDG 1: Tanpa Kemiskinan
- SDG 2: Tanpa Kelaparan
- SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim
- SDG 15: Menjaga Ekosistem Daratan
- SDG 17: Kemitraan untuk Tujuan
Langkah kecil mahasiswa KKN FP UB tahun ini memberi pesan kuat: perubahan besar bisa dimulai dari akar rumput. Melalui pendekatan partisipatif, penguatan kapasitas petani, dan dukungan kelembagaan kampus, masa depan hutan bukan hanya tentang konservasi, tapi juga keberlanjutan hidup manusia di sekitarnya. Kelompok Tani Hutan BRAWIJAYA 01 menjadi simbol harapan itu—sebuah ekosistem baru yang tumbuh dari kolaborasi dan kepercayaan. (nid)