Kanal24, Malang – Pesatnya perkembangan teknologi membuat Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB), Maisya Khoirunni’mah bersama tim turut serta memberikan inovasi terbaru yang berkaitan dengan teknologi. Bersama timnya, ia menciptakan inovasi Educational Holographic Fan. Inovasi ini merupakan visualisasi dari sebuah gambar atau tampilan, bisa berupa dua atau tiga dimensi yang dimunculkan secara visualisasi melalui kipas-kipas LED.
Prototype Educational Holographic Fan (Goldi/LetsTalk)
“Holographic Fan ini merupakan visualisasi dari sebuah gambar atau tampilan, bisa berupa dua atau tiga dimensi yang kita memunculkan visualisasi tersebut atau tampilan tersebut melalui kipas-kipas LED namanya, jadi bukan kipas biasa,” terang Maisya.
Maisya menjelaskan bahwa kipas LED yang digunakan didesain sendiri dengan menggunakan penyangga seperti whiteboard. Di atas penyangga tersebut ditambahkan stainless steel. Jadi, bahan dari penyangganya sendiri adalah stainless steel dan ditempelkan kipas-kipas LED di natasnya. Untuk kipas-kipasnya memiliki ukuran yang berbeda antara kipas di tengah dengan kipas bagian kanan dan kiri.
Lalu, kipas dapat dinyalakan. Namun, pastikan sudah disambungkan ke aliran listrik dengan aliran dan tegangannya sudah disesuaikan dan untuk bentuk dari kipasnya itu sendiri akan ada ada dua baling yang di bagian tengahnya terlihat ada lampu LED-nya. Lampu LED ini digunakan untuk memancarkan cahaya yang bisa memunculkan tampilan gambar.
Lantas, dari kipasnya ada LED Blade. Untuk baling-balingnya memiliki lampu LED yang kemudian ada mesin base. Mesin base atau dudukan ini ada slot SD Card yang dapat diisi dengan SD Card yang telah berisi video atau gambar yang akan dimunculkan melalui kipas LED.
Spesifikasi Educational Holographic Fan (Goldi/LetsTalk)
“Jadi, ketika kipas ini dinyalakan, maka secara otomatis kipasnya berputar, otomatis juga gambarnya akan muncul. Selain itu, di Educational Holographic Fan ini juga disediakan remote control,” kata Maisya.
Educational Holographic Fan ini memiliki ukuran yang cukup besar dan memakan ruang. Selain itu, Educational Holographic Fan ini memiliki harga yang cukup tinggi karena menggunakan kipas dari luar negeri, yaitu China. Sehingga, jika digunakan di sekolah, alat ini dapat digunakan untuk satu atau dua ruang kelas yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa sekolah.
Latar belakang pembuatan Educational Holographic Fan ini, menurut riset Maisya dan tim, adalah rendahnya nilai siswa di mata pelajaran Matematika. Sehingga, Maisya bersama tim membuat alat peraga ini yang menyasar siswa SMP.
“Menurut kami, usia siswa SMP adalah usia peralihan dari anak-anak menuju ke remaja, di mana kalau misalnya kita tahu, mungkin mereka akan merasa mereka harus fokus dan lebih serius belajar. Namun, di sisi lain tidak menutup kemungkinan mereka juga masih punya jiwa kekanak-kanakan yang mana mereka punya rasa ingin tahu yang tinggi terhadap hal-hal menarik,” terang Maisya.
Inovasi ini merupakan alat peraga matematika berbasis Kipas LED yang diciptakan dalam rangka mengikuti Tanoto Student Research Award (TSRA) Tahun 2022 lalu.
Tim Educational Holographic Fan saat mendapatkan medali Tanoto Student Research Award (TSRA) Tahun 2022 (Dok. Tim Educational Holographic Fan)
TSRA merupakan kompetisi tahunan yang diselenggarakan oleh Tanoto Foundation bagi 5 universitas, yaitu Universitas Brawijaya (UB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Diponegoro (Undip), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Setiap universitas mengirimkan delegasi dan dibentuk tim yang akan mendapatkan arahan membuat suatu alat peraga atau project.
Dengan adanya alat peraga Educational Holographic Fan ini diharapkan siswa sekolah dapat belajar matematika dengan menyenangkan dan matematika tidak lagi menjadi mata pelajaran yang sulit. Serta, menjawab tantangan para guru dalam mengajar matematika.(nid)