Kanal24, Malang – Desa Karangnongko, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, menjadi saksi pelaksanaan program edukasi lingkungan oleh Kelompok 28 Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Universitas Brawijaya 2025. Pada Kamis (17/7/2025), mereka menggelar Sosialisasi Mitigasi Banjir berbasis pembuatan lubang biopori dan penanaman pohon multifungsi, yang bertempat di rumah warga RT 12, RW 06, Dusun Nongkosewu.
Program ini hadir sebagai bentuk kepedulian mahasiswa terhadap wilayah rawan genangan air yang kerap terdampak saat musim hujan. Edukasi yang disampaikan memadukan solusi teknis yang sederhana namun efektif, serta memiliki dampak lingkungan dan ekonomi jangka panjang.
Baca juga:
Siswa Desa Ngebruk Belajar Menabung untuk Masa Depan
Latar Belakang Sosialisasi di Wilayah Rawan Genangan
RT 12, Dusun Nongkosewu, dipilih sebagai lokasi utama karena kawasan ini sering dilanda genangan air saat curah hujan tinggi. Kurangnya fasilitas resapan dan rendahnya kesadaran pengelolaan lingkungan menjadi faktor yang memperburuk risiko banjir.
Kelompok 28 MMD UB 2025 memandang penting adanya intervensi edukatif yang mudah dipahami masyarakat serta bisa diaplikasikan langsung. Sosialisasi ini menggabungkan pendekatan partisipatif, di mana warga tidak hanya menjadi pendengar, tetapi juga langsung ikut membuat lubang biopori dan menerima bibit pohon untuk ditanam di lingkungan masing-masing.
Pemanfaatan Biopori sebagai Solusi Resapan Air
Salah satu pemateri, Tiara Harifin, menjelaskan secara detail fungsi biopori dalam upaya pencegahan banjir. Lubang biopori berfungsi memperbesar daya serap tanah terhadap air hujan, mengurangi limpasan permukaan, sekaligus mengolah sampah organik rumah tangga.
“Biopori ini nanti akan dimasukkan sampah organik seperti sisa sayuran ke dalam lubang yang sudah dibuat. Sampah ini akan terurai dan menyuburkan tanah, sambil tetap menjaga lingkungan agar bebas sampah,” terang Tiara.
Dalam praktiknya, mahasiswa membantu warga membuat enam titik lubang resapan di lokasi yang sering tergenang air di sekitar pemukiman.
Pohon Multifungsi: Konservasi dan Peningkatan Ekonomi Warga
Achmad Fauzi, mahasiswa lain dari Kelompok 28, memaparkan manfaat penanaman pohon multifungsi seperti durian dan alpukat. Menurutnya, keberadaan pohon tidak hanya bermanfaat secara ekologi, tetapi juga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi warga.
“Akar pohon membantu menyerap air dan mencegah erosi, sementara tajuk daunnya mengurangi intensitas hujan langsung ke tanah. Selain itu, buahnya memiliki nilai jual tinggi yang bisa menjadi komoditas andalan desa,” ujar Fauzi.
Sebanyak 20 bibit pohon durian dan alpukat dibagikan kepada masyarakat melalui Kepala Dusun untuk didistribusikan merata ke seluruh wilayah Desa Karangnongko.
Baca juga:
Blitar Naik Kelas dalam Inovasi Daerah, Kerja Sama UB Hantarkan Raih IGA 2024
Harapan untuk Keberlanjutan Program
Kegiatan sosialisasi ini menjadi langkah awal dalam membangun kesadaran warga terhadap pentingnya menjaga lingkungan dari risiko banjir. Dengan kombinasi edukasi, aksi lapangan, dan pemberian bibit pohon, Kelompok 28 MMD UB 2025 berharap program ini tidak hanya memberi dampak jangka pendek, tetapi juga berkelanjutan.
“Harapannya, biopori yang dibuat dan pohon yang ditanam hari ini dapat menjadi warisan lingkungan yang bermanfaat, sekaligus bukti nyata mahasiswa dalam membangun desa,” tutup perwakilan kelompok. (nid)