Kanal24, Malang – Dalam upaya memerangi stigma dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang epilepsi, Program Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya mengadakan rangkaian kegiatan bertema We Care for Epilepsy yang berlangsung sepanjang peringatan Hari Epilepsi Internasional, menjadi agenda penting menyebarkan informasi dan dukungan bagi penyandang epilepsi.
Epilepsi, penyakit neurologis yang memengaruhi lebih dari 50 juta orang di seluruh dunia, masih menghadapi banyak stigma negatif, terutama di negara-negara berkembang. Dr. Machlusil Husna, Sp.S (K), ketua panitia acara, menyatakan bahwa kesadaran masyarakat mengenai epilepsi sangat penting untuk menghilangkan stigma yang sering kali menghambat kualitas hidup para penyandangnya.
“Stigma terhadap epilepsi tidak hanya mempengaruhi kondisi psikologis, tetapi juga berdampak pada interaksi sosial dan akses penderita terhadap layanan kesehatan. Kami berharap melalui program ini, masyarakat bisa lebih memahami kondisi epilepsi dan mendukung para penyandangnya dengan cara yang lebih positif,” tuturnya dalam keterangan yang diterima Kanal24 (17/10/2024).
Rangkaian kegiatan ini mencakup penyuluhan di Poli Neurologi Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA), talkshow di UBTV, dan sesi bincang hangat melalui Instagram Live. Setiap acara dirancang untuk memperluas wawasan masyarakat tentang kondisi medis ini, serta membuka ruang dialog yang positif bagi para penyandang epilepsi dan masyarakat umum.
Penyuluhan di Poli Neurologi RSSA
Acara pertama dalam rangkaian ini adalah penyuluhan langsung di Poli Neurologi RSSA, yang ditujukan bagi pasien, keluarga, dan masyarakat umum. Kegiatan dimulai dengan pembagian pretest untuk mengevaluasi tingkat pengetahuan awal peserta, diikuti oleh paparan materi berjudul “End the Stigma of Epilepsy” yang disampaikan langsung oleh Dr. Machlusil Husna, Sp.S (K). Dalam materi ini, ia menyoroti pentingnya memahami kondisi epilepsi dengan lebih terbuka dan objektif, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi stigma.
Sesi tanya jawab yang interaktif menjadi bagian penting dalam penyuluhan ini, di mana peserta diberi kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi langsung dengan para ahli. Interaksi ini tidak hanya memberikan pengetahuan tambahan, tetapi juga membangun kedekatan dan pemahaman antara peserta dan tenaga medis.
Talk Show di UBTV: Mengenal Kejang pada Epilepsi dan Kanker
Acara selanjutnya adalah talkshow yang disiarkan melalui UBTV pada 11 Juli 2024, dengan tema “Mengenal Kejang pada Epilepsi dan Kanker.” Dr. Machlusil Husna, Sp.S (K), dan Dr. Shinta Okta Wardhani, Sp.PD, K.HOM, hadir sebagai pembicara. Mereka membahas secara mendalam aspek medis yang berkaitan dengan kejang pada epilepsi serta kaitannya dengan penyakit kanker.
Diskusi ini memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai cara menangani kejang dalam kedua kondisi medis tersebut, serta mendorong masyarakat untuk lebih terbuka dan peduli terhadap penderita epilepsi.
Bincang Hangat via Instagram Live: Menghapus Stigma Epilepsi
Pada 20 Juli 2024, sesi bincang hangat diadakan secara live di Instagram untuk menjangkau audiens yang lebih luas, terutama generasi muda. Tema “Menghapus Stigma Buruk Epilepsi” dibahas oleh Dr. Machlusil Husna dan Dr. Ria Damayanti, Sp.S (K), yang menjelaskan pengaruh stigma terhadap kehidupan penyandang epilepsi serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk menguranginya. Format interaktif ini memungkinkan penonton untuk bertanya langsung dan mendapatkan jawaban secara real-time, meningkatkan pemahaman dan empati publik terhadap isu ini.
Talk Show: Fakta dan Mitos Epilepsi di UBTV
Rangkaian kegiatan ditutup dengan talkshow bertema “Fakta dan Mitos pada Epilepsi” yang ditayangkan pada 6 Agustus 2024 melalui UBTV dan YouTube UBTV. Dalam acara ini, Dr. Machlusil Husna dan Dr. Ria Damayanti membedah mitos-mitos umum tentang epilepsi dan memberikan klarifikasi berbasis ilmiah. Mereka menjelaskan bahwa pemahaman yang tepat tentang epilepsi sangat penting untuk membangun dukungan sosial bagi para penyandangnya.
Rangkaian program We Care for Epilepsy di Universitas Brawijaya menjadi langkah penting dalam mengedukasi masyarakat, membuka dialog, dan memberdayakan individu untuk mendukung penyandang epilepsi. Diharapkan kegiatan ini dapat membantu menghilangkan stigma negatif dan meningkatkan kualitas hidup penderita epilepsi di Indonesia.